A. Latar Belakang
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tidak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana. Pembangunan piramida ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.[1]
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa suatu sistem agar dapat berjalan dengan baik diperlukan proses manajemen yang baik pula. Suatu dalil umum yang dapat disimpulkan dari proses menggerakkan orang-orang dan menggerakkan fasilitas-fasilitas yang berlaku sebagai dasar petunjuk bagi seseorang dalam melakukan perbuatan-perbuatan atau menjalankan tindakannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki disebut dengan prinsip manajemen.
Ilmu menejemen bersifat universal, dan menggunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-konsep dan proses yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa ilmu manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi manusia seperti, perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial dan lain-lain.[2]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar (basic principles) manajemen?
2. Bagaimana perkembangan teori manajemen?
3. Bagaimana proses manajemen?
C. Pembahasan
1) Prinsip Dasar Manajemen
Dalam manajemen terdapat prinsip-prinsip yang merupakan pedoman umum atau pegangan utama pelaksanaan aktivitas manajerial yang menentukan kesuksesan pengelolaan organisasi. Roda organisasi atau perusahaan dipacu dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang berprinsip pada prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management) misalnya dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan (1990:10) dengan mengutip pandangan Henry Fayol, yaitu sebagai berikut:[3]
1. Division of work (pembagian kerja)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.[4]
2. Authority and responsibility (wewenang dan tanggungjawab)
Prinsip proporsionalitas wewenang dan tanggungjawab berkaitan dengan prestasi dan kemampuan para pekerja. Dalam organisasi ataupun perusahaan, jabatan struktural berkaitan langsung dengan wewenang dan tanggungjawabnya. Manajemen yang berprinsip pada pembagian wewenang dan tanggungjawab akan meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Setiap pegawai memandang bahwa jabatan dan pekerjaannya merupakan amanah yang harus dilaksanakan dan dijaga baik dengan cara meningkatkan kinerja dan prestasi kerjanya.[5]
3. Dicipline (disiplin)
Disiplin berakar pada prinsip proporsionalitas antara wewenang dan tanggungjawab yang dipikul oleh seluruh anggota organisasi. Semua pegawai, baik atasan maupun bawahan wajib mematuhi peraturan organisasi yang telah disepakati. Dengan mematuhinya, baik atasan maupun bawahan berarti bekerja dengan disiplin yang optimal.[6]
4. Unity of command (kesatuan perintah)
Kesatuan perintah artinya perintah berada di tingkat pimpinan tertinggi kepada bawahannya. Jika bawahannya sebagai pimpinan, ia pun berwenang memberi perintah kepada bawahannya untuk menindaklanjuti perintah atasannya. Bawahan hanya melakukan pekerjaan sesuai perintah atasannya dan bertanggungjawab sepenuhnya kepada atasannya langsung.
5. Unity of direction (kesatuan pengarahan)
Meskipun organisasi selalu terdiri atas berbagai bidang, wewenang dan tanggungjawab seluruh pelaksanaan kegiatan diarahkan pada satu tujuan organisasi.[7] Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan tidak dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.[8]
6. Subordination of individual interest into general interest (kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)
Kepentingan organisasi harus didahulukan daripada kepentingan pribadi, bahkan suksesnya kepentingan organisasi berdampak positif bagi kehidupan pribadi, baik sebagai manajer maupun karyawan biasa.
7. Renumeraton of personnel (pembagian gaji yang wajar)
Prinsip ini berakar dari prinsip keadilan yang kaidahnya adalah al-ujrah biqadr al-masyaqah, upah diukur oleh tingkat kesulitan pekerjaannya. Jabatan dan tanggungjawab yang besar harus didukung oleh upah yang seimbang dengan beban yang dipikulnya. Kesulitan pekerjaan bukan diukur oleh kelelahan seseorang dalam bekerja, melainkan ditentukan oleh faktor keahlian atau keterampilan dan profesionalitasnya.[9]
8. Centralization (pemusatan wewenang)
Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi senantiasa memiliki pusat kekuasaan dan wewenang instruksional. Kemudian pusat membagikan kekuasaannya ke daerah, cabang, sampai tingkat unit atau ranting.
Manajer utama atau manajer puncak memiliki wewenang tertinggi yang didelegasikan kepada manajer fungsional di bawahnya. Dalam bidang-bidang tertentu, terdapat berbagai subbidang yang dipimpin oleh kepala subnya masing-masing, hingga akhirnya para karyawan bekerja menurut pembidangannya. Akan tetapi semuanya bertanggungjawab kepada manajer puncak atau manajar utama.[10]
9. Scalar of chain (hierarki)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Pembagian kerja ini akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
10. Order (keteraturan)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.[11]
11. Equity (keadilan)
Prinsip persamaan bukan berarti sama rata dan sama rasa karena dalam organisasi terdapat pangkat dan jabatan yang berbeda. Oleh karena itu, prinsip persamaan atau prinsip keadilan dapat dikuantifikasikan. Apabila berkaitan dengan upah, diukur menurut kedudukannya, jika berkaitan dengan imbalan atau bonus diukur menurut prestasinya, dan jika berkaitan dengan tunjangan-tunjangan tertentu juga ada ukurannya.
Demikian pula penerapan sanksi bagi pelanggaran aturan organisasi, jenis sanksi tidak sama, bergantung pada tingkat pelanggaran yang dilakukan. Oleh karena itu, prinsipnya tidak hanya pada ditetapkannya sanksi, tetapi juga berkaitan dengan proporsional atau tidaknya sanksi yang diterapkan.
12. Iniative (inisiatif)
Inisiatif dalam organisasi tidak berarti bebas sekehendak para karyawan. Manajer harus memberikan dorongan kepada seluruh bawahannya untuk berinisiatif sendiri mengembangkan kinerjanya, tetapi harus tetap searah dengan visi dan misi perusahaan. Inisiatif dapat berarti kreatif, konstruktif dan inovatif.
13. Esprit de corps (kesatuan)
Prinsip ini betitik tolak dari kesatuan visi dan misi yang dicanangkan oleh organisasi atau perusahaan. Semua komponen organisasi merupakan sistem yang terpadu. Seluruh karyawan bagaikan jaring laba-laba yang bersatu sebagai team work yang solid memperjuangkan tujuan perusahaan. Loyalitas yang dibangun terhadap perusahaan dijaga dengan selalu membentuk hubungan dan komunikasi yang aktif sehingga antar jabatan struktural, antarbidang, antarwewenang, dan tanggungjawab bersifat integral.
14. Stability of turn-over personnel (kestabilan masa jabatan)
Prinsip stabilitas jabatan berkaitan dengan kesinambungan kinerja organisasi. Manajemen yang baik dilaksanakan oleh sebuah organisasi tidak akan sering mengganti jabatannya. Hal ini karena dengan sering mengganti pejabat perusahaan, pelaksanaan program akan kembali ke nol. Meskipun ada yang dapat melanjutkannya, pergantian pejabat akan diikuti dengan pergantian kebijakan dan kebijakan arah pekerjaan yang dilaksanakan.
Dalam prinsip manajemen, prinsip kestabilan jabatan mencakup situasi perusahaaan yang membuat para karyawannya merasa nyaman dalam bekerja dan selalu berprestasi. Pejabat yang menunjukkan tingkat prestasinya tidak segera dinaikkan jabatannya sebelum angka dan kualitas prestasinya memuncak dan optimal. Apakah kinerjanya telah memberikan kemaslahatan bagi seluruh kepentingan perusahaan? Kalaupun hendak mengadakan penggantian jabatan, penggantinya pun harus pejabat yang berprestasi dengan pengalaman yang memadai dan ahli di bidang yang dipimpinnya.[12]
2) Sejarah Perkembangan Teori Manajemen
Sesungguhnya mulai kapan para pelaku (manajer) berkecimpung dan memikirkan upaya terbaik dalam aktivitas manajemen tertuang dalam sejarah perkembangan manajemen dalam kurun waktu tertentu. Manajemen adalah praktik melaksanakan usaha terbaik sehingga dari sejarah pemikiran manajemen kita dapat belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang-orang terdahulu yang menerapkan konsep manajemen berdasarkan pemikiran pada kurun waktu tertentu dengan kasus tertentu pula.[13]
Teori manajemen berkembang dengan beberapa teori, diantaranya; teori klasik, teori neo-klasik, dan teori modern. Teori klasik berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Adapun teori neo-klasik berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan teori modern berasumsi bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan.[14] Adapun perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori adalah sebagai berikut:
1. Teori manajemen klasik
Sebelum sejarah yang disebut zaman manajemen ilmiah muncul telah terjadi revolusi industri pada abad ke-19 yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan suatu pendekatan manajemen yang sistematik. Usaha-usaha pengembangan manajemen kemudian dilakukan oleh para teoritisi.
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen ilmiah yaitu Robert Owen dan Charles Babbage.
Robert Owen (1771-1858). Pada permulaan tahun 1800-an Robert Owen, seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja seperti pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak-anak di bawah umur yang berkerja, membangun perumahan yang lebih baik bagi karyawan dan mengoperasikan took perusahaan yang menjual barang-barang dengan murah. Dia mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah para karyawan atau vital machines. Di samping itu Owen mengembangkan sejumlah prosedur kerja yang juga memungkinkan peningkatan produktivitas.
Charles Babbage (1792-1871). Charles Babbage, seorang profesor matematika di Inggris, mencurahkan banyak waktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dan menurunkan biaya.
Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus diberi latihan keterampilan yang sesuai dengan setiap operasi pabrik. Lini perakitan modern yang banyak dijumpai sekarang, dimana setiap karyawan bertanggungjawab atas perkerjaan tertentu yang berulang, didasarkan pada gagasan Babbage. Sebagai konstribusinya yang lain, Babbage menciptakan alat penghitung (kalkulator) mekanis pertama, mengembangkan program-program permainan bagi komputer, menganjurkan kerjasama yang saling menguntungkan antara kepentingan karyawan dan pemilik pabrik serta merencanakan skema pembagian keuntungan.[15]
Teori manajemen klasik terbagi menjadi dua cabang, yaitu:
a. Teori manajemen ilmiah (scientific management theory)
Frederick W. Taylor, Henry L Gant, Frank Bunker Gillberth dan Lilian Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori ini. Mereka memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi pekerja.
Frederick W. Taylor, disebut sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah” dengan karyanya “Scientific Management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi.
Empat prinsip dasar yang dikembangkannya adalah:
1. Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar suatu pekerjaan dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberikan tugas dan tanggungjawab sesuai keahlian
3. Pendidikan dan pengembangan karyawan
4. Kerjasama yang harmonis antara manajer dan karyawan.[16]
b. Teori manajemen administratif (clasical organization theory)
Teori ini dipelopori oleh Henry Fayol (1841 -1925), seorang industrialis Prancis, mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks. Dalam teori adminitasinya, ini diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et General atau General and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh Constance Storrs. Fayol memerinci manajemen menjadi lima unsur, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan.
Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lain, kegiatan-kegiatan tersebut adalah; 1) teknik, produksi dan manufacturing produk, 2) komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk, 3) keuangan (finansial), perolehan dan penggunaan modal, 4) keamanan, perlindungan karyawan dan kekayaan, 5) akuntansi, pelaporan dan pencatatan biaya, laba dan utang, pembuatan neraca dan pengumpulan data statistik, dan 6) manajerial. Di samping itu Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip manajemen yang secara ringkas telah diuraikan di atas, yaitu pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan perintah dan seterusnya.[17]
2. Teori manajemen hubungan manusiawi (neoklasik)
Aliran hubungan manusiawi muncul karena ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak sepenuhnya mengahasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Beberapa ahli mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi. Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara lain Hugo Munsterberg dan Elton Mayo.
Hugo Munsterberg (1863- 1916). Hugo merupakan pencetus psikologi industri sehingga dikenal sebagai bapak psikologi industri. Bukunya yaitu Psikology and Industrial Efficiensy, menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara pertama penemuan best possible person, kedua penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best possible effect.
Munsterberg menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi eksperimen. Sebagai contoh, berbagai metode tentang psikologi dapat digunakan untuk memilih karakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan.
Elton Mayo (1880-1949). Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan manusiawai dalam organisasi adalah baik. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk. Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan faktor sosial dan psikologi apa yang memotivasi mereka.[18]
3. Teori modern
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal dengan perilaku organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif.
1) Perilaku organisasi
Beberapa prinsip dasar penting yang dapat disimpulkan dari pendapat para tokoh manajemen modern adalah sebagai berikut:
a. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip).
b. Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati.
c. Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan tidak boleh dipandang bagian per bagian, pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
d. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
2) Aliran kuantitatif
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi (operations research) dalam pemecahan masalah-masalah industri. Sejalan dengan semakin kompleksnya komputer elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya, teknik-teknik riset operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan. Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformulasikan dan disebut aliran management science.
Teknik-teknik management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber daya manusia, dan sebagainya. Penggunaan teknik-teknik untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti banyak membantu manajer dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan.[19]
Dalam teori modern ini juga terdapat dua pendekatan yaitu:
1) Pendekatan sistem
Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari komponen-komponen yang saling berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan bahwa tugas manajer adalah mengupayakan adanya suatu upaya kerjasama dalam organisasi dengan menyarankan pendekatan komprehensif dalam aktivitas pengelolaan. Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan. Oleh karena itu, harus disadari bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh pada komponen-komponen lainnya. Dengan demikian berpikir dan bertindak dalam suatu sistem berarti tidak memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara sinergi.
Sistem yang sinergi adalah tiap-tiap unit atau bagian berkerja dengan serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh dan bertanggungjawab terhadap kemajuan sistem secara umum.
2) Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional
Istilah contingent berarti dapat terjadi, tetapi hal tersebut tidak pasti akan terjadi. Dalam bidang manajemen menurut keadaan hal tersebut berarti kondisi-kondisi atau lingkungan dalam manajemen terjadi. Dalam kondisi-kondisi tertentu, sebuah rencana akan dijalankan tetapi apabila terdapat kondisi-kondisi yang berbeda maka apa yang akan digunakan adalah sebuah rencana ang berbeda.[20]
3) Proses Manajemen
Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumber daya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.[21]
Secara ringkas proses manajemen dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Planning atau Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya. Melalui perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya. Kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya harus membuat strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu kerja organisasi. Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan dalam melakukan sesuatu.
Dalam merencanakan, ada tindakan yang harus dilakukan, seperti menetapkan tujuan dan target yang dicapai, merumuskan taktik dan strategi agar tujuan dan target dapat tercapai, menetapkan sumber daya atau peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan indikator atau standar keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.
2) Organizing atau Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan rencana. Dengan pengorganisasian, manajer mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata melalui penentuan tugas, penunjukan personel, dan melengkapi mereka dengan teknologi dan sumber daya yang lain.
3) Actuating atau Pengarahan/Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada karyawan supaya bekerja giat serta membimbing mereka melaksanakan rencana dalam mencapai tujuan. Dengan kepemimpinan, manajer menciptakan komitmen, mendorong usaha-usaha yang mendukung tercapainya tujuan serta mempengaruhi para karyawan supaya melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Proses implementasi program supaya bisa dijalankan kepada setiap pihak yang berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan produktivitas yang sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan implementasi yaitu menginplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya tetap mau bekerja dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan, memberikan tugas dan penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan dan menjelaskan kebijakan yang telah ditetapkan.
4) Controling atau Pengawasan/Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengukuran kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan. Melalui pengendalian, manajer melakukan kontak secara aktif dengan apa yang dilakukan oleh karyawan, mendapatkan serta menginterprestasikan laporan tentang kinerja serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan tindakan yang bersifat membangun serta perubahan.[22]
D. Analisis
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa manajemen memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Dalam manajemen, seorang manajer dan karyawan harus mengerti betul tentang prinsip dasar manajemen sebagai pedoman untuk mengambil langkah dalam melakukan sesuatu. Prinsip-prinsip dasar dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa manajemen perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
Seperti yang kita diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer. Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan melihat manajemen sebagai fenomena dari masyarakat modern. Dimana fenomena masyarakat modern itu merupakan gejala sosial yang membawa perubahan terhadap organisasi.
Organisasi bisnis misalnya, yang merupakan penciptaan pengetahuan dan menjadi sumber inovasi yang penting bagi manajemen. Hal ini dapat dilihat bagaimana perusahaan-perusahaan Jepang dan perusahaan besar lain di belahan dunia ini berhasil dan berkembang karena keahlian dan pengalaman dari para manajer, dan tentunya dengan didukung oleh karyawan yang mempunyai skill yang baik. Secara keseluruhan mereka mampu menciptakan pengetahuan baru, dengan menjalankan service dan system yang baik.
Adanya inovasi yang terus menerus sebenamya rnerupakan inisiatif dari individual dan interaksi dalam kelompok sehingga perubahan yang terjadi merupakan hasil dari pengalaman, penyatuan, diskusi dan dialog yang menciptakan pengetahuan baru.
Oleh karena itu dalam suatu perkumpulan atau organisasi, untuk mencapai suatu tujuan bersama, dibutuhkan suatu proses manajemen yang baik. Hal ini agar segala sesuatu yang dirumuskan untuk menjadi tujuan bersama dapat tercapai dengan sempurna. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan tersebut akan terorganisir dengan baik.
E. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1) Prinsip dasar manajemen meliputi pembagian kerja (division of work), wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility), disiplin (discipline), kesatuan perintah (unity of command), kesatuan pengarahan (unity of direction), mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri, penggajian pegawai, pemusatan (centralization), hierarki (tingkatan), ketertiban (order), keadilan dan kejujuran, stabilitas kondisi karyawan, prakarsa (Inisiative), dan semangat kesatuan.
2) Sejarah perkembangan teori manajemen yaitu, teori klasik, teori neoklasik dan teori modern. Teori klasik berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Teori klasik terdiri dari teori manajemen ilmiah dan teori manajemen administratif atau teori organisasi klasik. Adapun teori neo-klasik berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan teori modern berasumsi bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Teori modern terdiri dari perilaku organisasi dan aliran kuantitatif. Adapun pendekatannya ialah pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi.
3) Proses manajemen merupakan suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar yang meliputi; planning, organizing, actuating, dan controlling.
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Suhardan, Nugraha Suharto, dkk. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Dede Mahfudh, Dayat. 2009. Pentingnya Manajemen Dalam Pengelolaan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldhun Bogor.
Hani Handoko. 2015. Manajemen (Edisi Kedua). Yogyakarta: BPFE.
Hedi Sasrawan, Proses Manajemen, dalam https://hedisasrawan.blogspot.co.id/2016/05/proses-manajemen-artikel-lengkap.html (diakses pada tanggal 13 September 2017).
Liyana Putri Afifah. Prinsip dan Dasar Manajemen. dalam http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/prinsip-dan-dasar-manajemen.html (diakses pada tanggal 13 September 2017).
Nanang Fatah. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saefullah. 2014. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Subeki Ridhotullah. 2015. Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen. Jakarta: Prestasi Pusatakaraya.
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Prinsip Manajemen, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_manajemen, diakses pada tanggal 13 September 2017).
[1] Subeki Ridhotullah, Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen, Prestasi Pusatakaraya, Jakarta, 2015, Cet. 1, hlm. 29,30.
[2] Liyana Putri Afifah, Prinsip dan Dasar Manajemen, dalam http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/prinsip-dan-dasar-manajemen.html (diakses pada tanggal 13 September 2017).
[3] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2014, Cet. 2, hlm. 10-11.
[4] Liyana Putri Afifah, Prinsip dan Dasar Manajemen, dalam http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/prinsip-dan-dasar-manajemen.html (diakses pada tanggal 13 September 2017).
[5] Saefullah, Op.Cit., hlm. 13.
[6] Ibid,
[7] Ibid, hlm. 14.
[8] Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Prinsip Manajemen, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_manajemen, diakses pada tanggal 13 September 2017).
[9] Saefullah, Op.Cit., hlm. 14.
[10] Ibid, hlm. 15.
[11] Liyana Putri Afifah, Prinsip dan Dasar Manajemen, dalam http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/prinsip-dan-dasar-manajemen.html (diakses pada tanggal 13 September 2017).
[12] Saefullah, Op.Cit., hlm. 16-17.
[13] Dadang Suhardan, Nugraha Suharto, dkk, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, cet. 6, hlm. 95-96.
[14] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, cet. 6, hlm. 22, 25, 29.
[15] Hani Handoko, Manajemen (Edisi Kedua), BPFE, Yogyakarta, 2015 Cet. 27, hlm. 40-42.
[16] Subeki Ridhotullah, Mohammad Jauhar, Op.Cit., hlm. 36.
[17] Hani Handoko, Op.Cit., hlm. 46.
[18] Ibid, hlm. 50.
[19] Ibid, hlm. 53-55.
[20] Subeki Ridhotullah, Mohammad Jauhar, Op.Cit., hlm. 38.
[21] Dede Mahfudh, Dayat, Pentingnya Manajemen Dalam Pengelolaan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldhun Bogor, 2009, hlm. 3.
[22] Hedi Sasrawan, Proses Manajemen, dalam https://hedisasrawan.blogspot.co.id/2016/05/proses-manajemen-artikel-lengkap.html (diakses pada tanggal 13 September 2017)
Lucky Club Casino site, bonus, promotions, banking
BalasHapusThe main bonus, promotions and casino games are the selection of a wide range of slots and luckyclub.live table games. The casino is offering Rating: 4.2 · 17 votes