Minggu, 28 Mei 2017

Teori Pembelajaran dalam Psikologi Menurut Teori Medan Lewin



I.          Pendahuluan
A.       Latar Belakang
Teori medan muncul sebagai teori dalam psikologi sosial karena dipengaruhi oleh perkembangan ilmu alam dan ilmu kimia. Psikologi itu sendiri hadir untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan karena psikologi merupakan sebuah paradigma baru dalam ilmu pengetahuan yang  memberikan cara pandang serta upaya dalam memahami gejala-gejala ilmiah.
Pengaruh teori medan dari ilmu alam dimanifestasikan dalam psikologi sejalan dengan pengaruh yang diberikan oleh gerakan Gestalt yang dipelopori oleh psikolog Jerman. Pokok fikiran psikologi Gestalt sendiri berasumsi bahwa tingkah laku ditentukan oleh medan psikofisis yang terdiri dari suatu sistem tekanan-tekanan atau kekuatan-kekuatan yang terorganisir.
Dari sini penulis mencoba memaparkan dan menjelaskan tema yang berjudul “Teori Pembelajaran dalam Psikologi Menurut Teori Medan Lewin”.
B.        Rumusan Masalah
                    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah ialah bagaimana penjelasan tentang teori medan tersebut.







II.       Pembahasan
Teori Medan (field theory) diperkenalkan oleh Kurt Lewin setelah beliau meninggalkan teori medan gestalt dan lalu mengembangkan teorinya sendiri. Lewin mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penyelidikan mengenai motivasi perilaku manusia yang menurut pandangan beliau merupakan tenaga atau kekuatan yang berhubungan erat dengan sistem ketegangan psikologi. Dalam mengembangkan teori ini Lewin menggunakan konsep ilmu fisika yang disebut medan dinamik (dynamic field) seperti medan magnet, yakni semua partikel berinteraksi satu sama lain, dan setiap partikel dipengaruhi oleh kekuatan yang ditentukan oleh medan magnetik itu pada suatu waktu tertentu. Tampaknya pengaruh behaviorisme agak terasa juga di dalam perkembangan teori ini meskipun hanya sedikit.
Dalam hal ini Lewin telah mengembangkan satu konsep penting dalam teorinya yang hampir sama dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang penghidupan” dimana setiap perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.         Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.         Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.   
Keadaan setiap bagian dari ruang penghidupan ini, misalnya diri sendiri, bergantung pada keadaan dan antarhubungan di antara setiap bagian lain dengan diri sendiri pada waktu itu. Setiap pengamat memandang penghidupan ini secara objektif dan tidak secara subjektif. Oleh karena itu, pendekatan ini tampak dipengaruhi oleh behaviorisme. Meskipun demikian, teori Lewin ini dimasukkan dalam kelompok teori kognitif, karena peranan diri sendiri (organisme) di dalam ruang penghidupan itu sangat besar, terutama dalam menentukan reaksi (respons) atau organisme individu itu.
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan yang dipakai Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologi. Fokusnya adalah saling berhubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia.
Dalam ruang penghidupan ini terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sesuai dengan keperluan-keperluan individu tersebut. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai inilah yang membangkitkan kekuatan penarik atau kekuatan positif dan kekuatan penolak atau kekuatan negatif yang menimbulkan sistem-sistem ketegangan yang akan menentukan arah pergerakan individu itu di dalam ruang penghidupannya. Menurut Lewin, sistem-sistem ketegangan inilah yang menjadi dasar perilaku. Dalam menentukan sifat-sifat ini, organisme itu sendiri memegang peranan yang sangat penting. Umpamanya, seseorang setelah mengamati ruang pernghidupannya berdasarkan keperluan-keperluannya telah merasa tertarik pada suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan keperluannya itu, tetapi dalam usahanya untuk mencapai tujuan itu, muncul suatu halangan yang menghambat tercapainya tujuan itu. Maka halangan ini akan membangkitkan berbagai ketegangan yang bisa menimbulkan berbagai pengaruh atau akibat sesuai dengan keadaan ruang penghidupan individu itu. Akibat dari ketegangan ini mungkin seseorang itu akan mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya atau mencari tujuan lain yang lebih menarik. Atau dia akan meninggalkan tujuannya itu untuk sementara waktu atau untuk selamanya.
Dari pembicaraan di atas dapat kita lihat adanya tiga buah konsep penting dalam teori Lewin, tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi untuk mencapai tujuan. Dalam teori ruang penghidupan ini, dimasukkan juga ganjaran dan hukuman. Ganjaran memiliki konotasi kognitif sebab Lewin percaya bahwa setiap orang dapat menilai ganjaran atau hukuman tersebut berkesan atau tidak. [1]
Adapun menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1.         Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi seseorang dalam lingkungan  psikologisnya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilannya. Contohnya: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya dari pada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
2.         Perubahan dalam variasi tingkah lakunya.
3.         Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
4.         Bertambah luasnya arena aktivitas. Contohnya : Anak kecil terikat oleh masa kini, sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dam masa depan.
5.         Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan mana yang khayalan dan yang nyata, pola berfikir meningkat. Contohnya : Dari pola berfikir asosiasi menjadi pola berfikir abstrak.[2]






III.       Penutup
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Lewin telah mengembangkan konsep penting dalam teorinya yang hampir sama dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang penghidupan” dimana setiap perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.         Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.         Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.  
Lewin juga mengembangkan adanya tiga buah konsep dalam teorinya, yaitu tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi untuk mencapai tujuan.
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
http://cacariosan.multiply.com/journal/item/4



[1] Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, cet. 1, hlm. 104
[2] http://cacariosan.multiply.com/journal/item/4

teknik analisis data kuantitatif



I.       Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Bentuk tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah pengumpulan data sangat bervariasi, tergantung dari bagaimana data yang terkumpul akan diorganisasikan. Adapun perolehan  data dalam kancah penelitian sering dibicarakan kadar kevaliditasan dan kereabilitasannya. Pembicaraan masalah ini termasuk hal yang urgen dalam dunia penelitian, mengingat kualitas data yang bersumber dari hasil pengukuran akan ikut menentukan bagaimana kualitas kegiatan dan hasil suatu penelitian. Pada sisi lain, persoalan tersebut juga terkait dengan masalah generalisasi, sehingga kualitas hasil data sangat bergantung pada kualitas alat ukurnya. Oleh karena kesahihan dalam alat ukur merupakan standar mutlak yang tidak dapat ditawar lagi oleh seorang peneliti, jika ia menginginkan hasil penelitian yang memiliki kadar kualitas yang memadai. Alat ukur yang baik akan mampu merekam data secara baik, sehingga data yang diperoleh akan memiliki kualitas yang baik pula. Data ini apabila ditindak lanjuti dengan suatu analisis, maka akan dihasilkan suatu kesimpulan (temuan) yang dapat dipercaya.
Jika alat ukur tidak ditindak lanjuti dengan suatu analisis, maka data tersebut tidak akan memiliki sedikitpun arti bagi sebuah penelitian kecuali sebuah pemborosan tenaga, waktu, dan bahkan biaya. Sehubungan dengan hal tersebut, uraian berikut akan mencoba menindak lanjuti data yang terkumpul supaya bisa memiliki fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti dalam aktivitas penelitiannya. Fokus pembahasan makalah ini akan dibatasi pada analisis data kuantitatif  (data yang berupa angka-angka).
B.     Rumusan masalah`
Adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain :
1.      Apa pengertian analisis data ?
2.      Apa yang dimaksud dengan analisis data kuantitatif ?
3.      Bagaimana teknik analisis data kuantitatif ?


II.    Pembahasan
A.    Pengertian Analisis Data
Proses memecah data menjadi beberapa bagian pokok dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis disebut proses analisis. Pekerjaan analisis bersifat mekanis dan mungkin berulang-ulang. Menurut Kelinger, analisis berarti kategorisasi, penataan, dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban bagi pertanyaan penelitian. Kegunaan analisis ialah mereduksi data menjadi perwujudan yang dapat dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji.[1]
Menurut Patton, analisis data ialah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.[2] Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Ini dapat dilakukan secara kualitaif dan kuantitatif, dengan menggunakan table-tabel, grafik, ataupun perhitungan angka-angka (numerical analysis). Jadi data yang bersifat menyeluruh diuraikan atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil, sehingga dari komponen-komponen ini dapat diketahui komponen yang menonjol, dapat dibandingkan komponen yang satu dengan lainnya (angka rasio), dapat dibandingkan satu komponen atau beberapa komponen terhadap keseluruhan (presentase), dan lebih jauh dapat diperkirakan atau diperhitungkan pengaruh perubahan satu komponen atau kejadian terhadap komponen atau kejadian lainnya.[3]
Adapun tujuan dari analisis data antara lain :
a.       Memecahkan masalah-masalah penelitian.
b.      Memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian.
c.       Memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
d.      Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.[4]
Secara umum analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut.
B.     Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk angka.[5] Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang menggunakan model-model, seperti model matematika, model statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian.[6]
Untuk dapat membedakan antara analisis data kualitatif dan kuantitatif ialah, jika data yang dikumpulkan oleh peneliti hanya sedikit, bersifat monografis (risalah) atau berwujud kasus-kasus yang tidak dapat disusun dalam struktur klasifikasi, maka analisisnya bersifat kualitatif, tetapi jika data yang dikumpulkan itu berjumlah besar dan dapat diklasifikasi ke dalam kategori-kategori, maka analisisnya bersifat kuantitatif. Analisis kuantitatif jauh lebih mampu memperlihatkan hasil-hasil yang cermat, tetapi ini tidak menjamin bahwa derajat kebenarannya juga lebih baik, tergantung kepada validitas atau keabsahan datanya.[7]  
C.    Teknik Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif merupakan analisis data yang memerlukan bantuan statistik. Adapun statistik  yang digunakan dalam analisis data adalah statistik deskriptif dan atau statistik inferensial.[8]
Kegiatan analisis data dalam suatu proses penelitian umumnya dapat dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu mendeskripsikan data dan melakukan uji statistika (inferensi).[9]

a.       Mendeskripsikan data
Yang dimaksudkan dengan mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Mendeskripsikan informasi dari responden ini ada dua macam. Jika data yang ada adalah data kualitatif, maka deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden.
Jika data tersebut dalam bentuk kuantitatif atau ditransfer dalam angka maka cara mendeskripsi data dapat dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti. [10]
Analisis deskriptif pada umumnya antara lain :
1.      Mengukur tendensi sentral
Yang termasuk mengukur tendensi sentral ialah menghitung :
-          Mode atau skor yang paling sering muncul disbanding skor-skor lainnya.
-          Median merupakan titik atau skor yang posisinya membagi 50 persen di atas dan 50 persen di bawah (nilai tengah).
-          Mean tidak lain adalah rerata skor dari data yang ada.
2.      Mengukur variabilitas
Setelah rerata dihitung biasanya seorang peneliti juga menghitung variabilitas atau jarak penyebaran surat skor terhadap garis mean tersebut. Adapun yang termasuk mengukur variabilitas ialah:
-          Standar deviasi
-          Varian
-          Quartil
-          Desil
-          Persentil
3.      Mengukur perbandingan dan mengukur posisis skor : dalam tabel dan diagram.
Hasil kuesioner yang telah diadministrasi selain ditampilkan dalam sentral tendensi dan variasi, juga ditampilkan dalam bentuk gambar, termasuk diagram dan table. Tujuan utamanya adalah agar para peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan apa arti semu fenomena yang terjadi di lapangan. Yang perlu diperhatikan dalam menampilkan suatu data, seorang peneliti harus memahami tentang variabel yang digunakan dalam penelitian.[11] Dari tabel yang telah dibuat dapat dilakukan analisis tabel, analisis hubungan antara variabel-variabel, pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain.
Adapun didalamnya terdapat hitungan tentang :
-          Korelasi untuk menunjukkan tingkat hubungan
-          Membandingkan dua kelompok bebas
-          Membandingkan dua kelompok yang terkait

b.      Melakukan inferensi (uji statistika)
Sering kali seorang peneliti harus melakukan inferensi. Inferensi menurut (Good, 1977), is commonly and loosely, they act of obtaining a judgment or logical conclusion from given data or premise. Dalam metodologi penelitian seorang peneliti sering dihadapkan pada dilematis melakukan tindakan untuk dapat menjustifikasi kesimpulan secara logis atas dasar data yang ada atau premis yang terbatas. Pendekatan yang digunakan ialah statistika inferensi yang fungsinya untuk menentukan hasil dari analisis data yang berasal dari sampel (cuplikan) dan menggunakan hasil tersebut sebagai hasil dari populasi.[12] Mengenai kapan seorang peneliti menggunakan inferensi dalam menganalisis data, berikut akan disebut beberapa kondisi yang mendorong untuk melakukan inferensi :
a.       Keterbatasan dana, tenaga, dan waktu merupakan alasan klasik yang sering dilakukan para peneliti untuk menggunakan inferensi dalam analisis data.
b.      Menggunakan konsep populasi dan sampel dalam kegiatan pengambilan data.
c.       Melakukan testing hipotesis.
d.      Melakukan generalisasi hasil yang diperoleh.[13]
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan yang dapat digeneralisasikan  secara lebih luas ke dalam wilayah populasi. Teknik analisis dengan statistik inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada sejumlah sampel terhadap suatu populasi yang lebih besar. Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat dan dinyatakan dalam suatu hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik  inferensial juga bisa disebut analisis uji hipotesis.
Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan non parametris. Penggunaan statistik parametris dan non parameter tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik non parametris tidak menuntut terpenuhinya banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih dari statistik non parametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. [14]
Dalam statistik non parametris analisis data berupa:
Ø  Data Nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data ialah skala nominal. Skala nominal ini mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan.[15] Data nominal juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikotomi. Disebut demikian karena data ini memiliki sifat terpisah antara satu dengan lainnya, baik pemisahan tersebut terdiri dari dua bagian atau lebih, dan di dalam pemisahan itu tidak terdapat hubungan sama sekali. Masing-masing kategori memiliki sifat tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan kategori lainnya. Sebagai contohnya ialah, untuk membedakan tim sepak bola yang berlaga, ditunjukkan dengan warna kostum atau seragam. Misalnya tim sepak bola dari Negara-negara; Italia (biru putih), Brasilia (biru kuning), dan Belanda (orange).[16]
Ø  Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda  dengan data nominal yang menunjukkan adanya perbedaan secara kategorik. Data ini memiliki dua fungsi yaitu membedakan san mengurutkan.[17] Artinya data ordinal juga memiliki sifat adanya perbedaan di antara obyek yang dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang satu lebih besar atau lebih tinggi daripada yang lainnya. Data ordinal memiliki harga mutlak (dapat diperbandingkan). Contoh dari data ini ialah; prestasi belajar siswa dapat diklasifikasikan menjadi kelompok “baik”, “cukup”, dan “kurang”, atau ukuran tinggi seseorang  diklasifikasikan dengan “tinggi”, “sedang”, dan “pendek”.
Sedangkan dalam statistik parametris menggunakan analisis data yang berupa :
Ø  Data Interval
Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan data nominal dan ordinal, karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang lainnya. Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran berat badan, hasil pengukuran tinggi badan, dan lainnya.[18]  
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa data interval tidak dikenal adanya nilai 0 (nol) mutlak. Dalam hasil pengukuran (tes) misalnya mahasiswa mendapat nilai 0. Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa mahasiswa tersebut benar-benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai nol ia memiliki suatu pengetahuan atau kemampuan dalam mata kuliah yang bersangkutan. Nilai nol yang diberikan oleh dosen sebetulnya hanya merupakan atribut belaka, hanya saja pada saat ujian, pertanyaan yang diujikan tidak pas seperti yang dipersiapkannya. Atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki soal.
Ø  Data Rasio
Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data kontinum tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini memiliki sifat interval atau jarak yang sama seperti halnya dalam skala interval. Namun, skala rasio masih memiliki ciri lain. Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak,  artinya titik nol benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat. Misalnya titik nol pada skala sentimeter menunjukkan tidak adanya panjang atau tinggi sesuatu. Kedua angka skala rasio memiliki kualitas bilangan riel yang berlaku perhitungan matematis.
Contoh dari data ialah; berat badan Rudi  70 kg, sedangkan Saifullah 35 kg. Keadaan ini dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudi dua kali berat badan Saifullah. Atau berat badan Saifullah separuh dari berat badan Rudi. Berbeda dengan data interval misalnya Rudi  ujian dapat 70 sementara Saifullah memperoleh 30. Hal ini tidak dapat diartikan  bahwa kepandaian Rudi  dua kali lipat kepandaian Saifullah.[19]










III.             Penutup
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik analisis kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu mendeskripsikan data dan melakukan inferensi (uji statistika). Mendeskripsikan data berarti menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata, sehingga lebih mudah dimengerti. Sedangkan melakukan inferensi berarti menentukan hasil dari analisis data yang berasal dari sampel (cuplikan) dan menggunakan hasil tersebut sebagai hasil dari populasi.
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan. Semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Amirul. Metodologi Penelitian Pendidikan. 1998. Bandung : Pustaka Setia
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. 2006. Jakarta : Bumi Aksara
Marzuki. Metodologi Riset. 2005. Yogyakarta : Ekonisia
Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. 2008. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. 2004. Jakarta : Bumi Aksara
http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/




[1] Drs. Marzuki, M.M., Metodologi Riset, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005), edisi ke-2, cet. 1, hlm. 90
[2] Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), cet. 2, hlm. 29
[3] Drs. Marzuki, M.M., loc. cit,
[4] Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 30
[5] Drs. Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 1998), hlm. 126
[6] Iqbal Hasan, loc. cit
[7] Drs. Marzuki, M.M., op. cit, hlm. 90
[8] Prof. Djudju Sudjana, M.Ed.,Ph.D., Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 2, hlm. 218
[9] Prof. Sukardi, Ph.D., Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakata : Bumi Aksara, 2004), cet. 2, hlm. 86
[10] Ibid,
[11] Ibid, hlm. 87
[12] Ibid, hlm. 92
[13] Prof. Sukardi, Ph.D., op. cit, hlm. 92
[14] http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/
[15] Prof. Sukardi, Ph.D., op. cit, hlm. 93

[16] Prof. Sukardi, Ph.D., loc. cit
[17] Ibid, hlm. 94
[18] http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/

[19] http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/