Sabtu, 27 Mei 2017

perbandingan filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan barat



PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT
A.    Filsafat Pendidikan Barat dan Islam dalam Perspektif Historis
1.      Akar Sejarah Filsafat Pendidikan Barat
Di dunia barat, sejak zaman Yunani kuno pemikiran tentang filsafat pendidikan telah dilakukan oleh orang-orang Sparta dan Athena. Sistem pendidikan konvensional di Athena dimulai dengan munculnya para sofis pendatang, seperti Protageras dari Abdera, Gorgias dari Sisikia dan sebagainya yang mendidik warga Athena menjadi warga Negara dan penguasa yang cakap. Para sofis yang dianggap melebarkan relativisme moral dan intelektual merangsang orang-orang lain seperti Plato, Isokrates, dan Aristoteles kepada aktivitas yang lebih besar dalam berspekulasi mengenai tujuan dan alat pendidikan, serta dengan itu memajukan dan mempercepat perkembangan filsafat pendidikan.[1]
Dalam perkembangannya filsafat pendidikan barat dibagi dalam tiga periode, antara lain :
1.      Filsafat zaman klasik.
Filsafat klasik dimulai sekitar tahun 600 SM, yaitu di suatu kota bernama Yunani yang terkenal dengan para ilmuan-ilmuannya. filsafat ini berawal dari sebuah pemikiran yang berpusat pada dunia di luar diri pribadi manusia, yakni alam semesta (cosmos). Adapun tokohnya antara lain; Thales, Anaximander, Anaximenes, Phytagoras, Heraclitus, dan Parminides. Selanjutnya muncul pandangan filosof Yunani mengenai manusia (antropos). Tokohnya antara lain; Socrates dengan dialektinya, Plato dengan idealismenya, Aristoteles dengan realismenya, Zeno, dan Epikuris.
2.      Filsafat abad pertengahan.
Pada masa ini berkembang filsafat scholastik yang perhatiannya tertuju pada dunia ketuhanan yang dikuasai oleh ajaran kristiani. Sekitar abad ke-13 alam pikiran hampir seluruhnya dikuasai oleh gereja dan filsafat tidak dapat terlepas dari theologi (ketuhanan). Adapun para tokohnya adalah Thomas Aquinas, Albertus Magnus, dan Duns Scotus.
3.      Filsafat zaman modern.
Masa ini dimulai pada abad ke-15 yang terbagi dalam beberapa periode, yaitu renaisans, borok, pencerahan, romantik, dan kontemporer (mutakhir). Para tokohnya adalah Erasmus, J. A. Comenius, John Lock, J. J. Rousseau, Peztalozzi, Rene Descartes dan lain sebaginya.[2]
2.      Akar Sejarah Filsafat Pendidikan Islam
Pemikiran tentang filsafat pendidikan sebenarnya sudah dimulai sejak periode awal perkembangan Islam, yaitu pada zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Meski istilah filsafat tidak ditemukan dalam khazanah kebudayaan Islam yang asli, namun pemikiran pendidikan yang merupakan perwujudan dari kandungannya, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits dapat dikategorikan sebagai pemikiran filosofis karena sifatnya yang universal, radikal, dan logis. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan dalam Qur’an dan hadits mendapatkan nilai ilmiahnya.[3]
Pada periode kehidupan Rasul terbentuklah pemikiran pendidikan yang bersumber pada Qur’an dan hadits secara murni. Hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran Qur’an yang diteladani masyarakat dari sikap dan perilaku hidup Nabi SAW. Seiring dengan sistem perubahan pemerintahan, semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah, serta kemajuan-kemajuan yang dicapai dan interaksi umat Islam dengan bangsa lain menjadikan kaum muslimin sebagai pemegang hegemoni di bidang politik dan peradaban dunia. Sejalan dengan kenyataan sejarah dan kebutuhan zaman, para cendekiawan muslim dipacu untuk menjawab tantangan-tantangan zaman. Mulailah mereka mengarahkan perhatian pada bidang kebudayaan, ilmu, dan aspek-aspek peradaban yang dijumpai pada wilayah taklukan Islam. Karena itulah terutama saat faham Mu’tazilah menjadi ideologi Negara, pada masa Khalifah Al Makmun (Abasiyah) ilmuan-ilmuan muslim masa klasik menerima karya-karya filsafat Yunani dalam bahasa Syria, dan belakangan diterjemahkan dalam Bahasa Arab.[4]
Dengan keadaan yang sedemikian, seakan telah membuka pintu lebar bagi masuknya pemikiran luar, yang kemudian muncul sejumlah kota sebagai pusat keilmuan, seperti Baghdad, Damaskus, Antioch, Ephesus dan lain-lain. Dan banyaknya buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab oleh imuan-ilmuan muslim telah menunjukkan bahwa filsafat Yunani banyak dikaji dan dipelajari, baik melalui lembaga pendidikan yang didirikan ataupun melalui diskusi para ilmuan muslim.[5]
Adapun tokoh-tokoh filsafat pendidikan Islam antara lain; Ibn Qutaibah, Ibn Maskawaih, Ibn Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain (pada periode klasik). Juga dikenal nama al-Thahthawi, Muhammad Abduh, al-Faruqi (pada masa modern).[6]

B.     Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam dengan Filsafat Pendidikan Barat
1.      Segi Dasar
Filsafat pendidikan Islam berdasarkan pada wahyu, sedangkan filsafat pendidikan barat berpijak pada humanistik murni dan filsafat pendidikan profan yang mengandalkan rasionalisasi.
Filsafat pendidikan Islam yang bersumber dari wahyu mengarah pada pemikiran tentang kebenaran yang bersifat hakiki dan mutlak. Kebenaran yang sesungguhnya, bukan kebenaran yang relatif dan spekulatif, tergantung kepada ruang dan waktu, seperti yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat barat yang rasionalis dan empiris. Karena itu dalam pendidikan Islam sebenarnya kata filsafat itu tidak dikenal. Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, yang dimaksud dengan “kebenaran” seperti yang dikehendaki filsafat itu dalam Islam disebut “hikmah”.[7]

2.      Aliran-aliran
a.      Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan Islam terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam, yaitu :
1.      Aliran konservatif (Al-Muhafidz).
Tokoh-tokoh aliran konservatif ialah al-Ghazali (tokoh utama), Nasirudin al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Aliran ini cenderung bersikap murni keagamaan.
2.      Aliran religius-rasional (Al-Diny Al-‘Aqlany).
Tokoh-tokoh aliran ini ialah Ikhwan al-Shafa (tokoh utama), al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Maskawaih. Adapun pemikirannya ialah bahwa pengetahuan merupakan muktasabah (hasil perolehan dari aktivitas belajar), dan modal utama ilmu adalah indera.
3.      Aliran pragmatis (Al-Dzarai’iy).
Tokohnya ialah Ibnu Khaldun. Aliran ini berpendapat bahwa manusia yang jahil bisa menjadi alim karena proses belajar, akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan, dan adanya keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukrawi.[8]
b.      Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Barat
Aliran-aliran filsafat pendidikan barat antara lain :
1.      Aliran progresivisme.
Beberapa tokoh dalam aliran ini ialah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas, dan Frederick C. Neff. Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri.
2.      Aliran esensialisme.
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada.
3.      Aliran perenialisme.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas utama dari filsafat.
4.      Aliran rekonstruksionisme.
Aliran ini berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Oleh karena itu, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar, demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.[9]
Dari komparasi sekilas sebagaimana tersebut di atas nampaklah bahwa dalam beberapa hal filsafat pendidikan Islam berlawanan dengan filsafat pendidikan barat. Pertentangan tersebut pada intinya bermuara pada dasar pijakan dan sumber yang digunakan, sehingga membawa konsekuensi perbedaan pada aspek-aspek lainnya.[10]
DAFTAR PUSTAKA
Efferi, Adri. Filsafat Pendidikan Islam. 2011. Kudus : Nora Media Enterprise
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan. 2004. Jakarta : Raja Grafindo Persada
http://afri-rahmadia.blogspot.com/2012/05/filsafat-pendidikan-barat.html
http://copast-master.blogspot.com/2012/12/aliran-utama-dalam-filsafat-pendidikan.html


[1] Adri Efferi, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), cet. 1, hlm. 55
[2] http://afri-rahmadia.blogspot.com/2012/05/filsafat-pendidikan-barat.html
[3]  Adri Efferi, M.Ag, op. cit. hlm. 57
[4] Ibid, hlm. 58
[5] H. Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 1, hlm. 270
[6] Adri efferi, M. Ag, op. cit, hlm. 59
[7] Ibid, hlm. 60
[8] http://copast-master.blogspot.com/2012/12/aliran-utama-dalam-filsafat-pendidikan.html

[9] http://warokakmaly.blogspot.com/2011/12/aliran-aliran-filsafat-pendidikan-barat.html

[10] Adri Efferi M. Ag, op. cit,  hlm. 63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar