Sabtu, 27 Mei 2017

karakteristik bahasa arab dan bahasa indonesia



I.       Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi hidup manusia. Tanpa bahasa manusia tidak akan menuai kehidupan.[1] Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam kegiatan sosialisasi. Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer (mana suka), dipergunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Setiap bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya. Dilihat dari sudut pandang ini, tidak ada bahasa yang lebih unggul daripada bahasa yang lain. Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam statusnya, yaitu sebagai alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja menuntut kesepahaman di antara pelaku komunikasi. Namun, pada sudut pandang yang lain, setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain. Karakteristik ini sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tak ada tandingannya.[2] Demikian pula bahasa Arab dan bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain.
B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain:
a.       Bagaimana karakteristik bahasa Arab ?
b.      Bagaimana karakteristik bahasa Indonesia ?


II.    Pembahasan
A.    Karakteristik Bahasa Arab
Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat pada bahasa-bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang fleksibel dan mempunyai elastisitas yang tinggi.[3] Bahasa Arab memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain. Dalam hal ini Utsman Amin memaparkan karakteristik tersebut secara filosofis. Karakteristik ini dipandangnya sebagai keunggulan bahasa Arab atas bahasa-bahasa lain di dunia. Menurutnya karakteristik pokok bahasa Arab itu dapat dilihat dari segi: kaitan mentalistik subyek-prediket, kehadiran individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan kekuatan. Selain aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna, kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan analogi. Penjelasannya akan diurutkan sebagai berikut :
1.      Kaitan mentalistik subyek-predikat.
Sebuah kalimat deklaratif lengkap biasanya minimal terdiri atas satu kata pokok dan satu kata penjelas. Antara kata pokok dan kata penjelas harus ada hubungan yang logis. Pada umumnya kedua unsur itu dihubungkan oleh kata sarana. Namun struktur kalimath bahasa Arab tidak memerlukan kata sarana yang menjelaskan hubungan antara subyek dan predikat. Ada ungkapan bahasa Arab : الأمة العربية واحدة menetapakan pengertian bahwa bangsa Arab itu satu. Hubungan antara bangsa Arab dan satu bersifat mentalistik belaka dan tidak memerlukan kata sarana penghubung untuk menjelaskan kaitan itu.
Sementara itu bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, memerlukan kehadiran kata penghubung antara subyek dan predikat.[4] Kata penghubung tersebut disebut kopula yang salah satunya adalah to be dengan peruntukan subyek yang berbeda.
2.      Kehadiran individu.
Dalam bahasa Arab tidak ada kata kerja yang terlepas dari individu. Individu tersebut tampil pada kata ganti dan berbagai bentuk verba melalui berbagai struktur kata dan kalimat. Kehadirannya tidak memerlukan sarana eksternal berupa kata atau tanda baca. Individu itu melekat dengan verba dalam strukturnya yang asli.
Pada kata أقرأ misalnya tercermin kehadiran aku, pada kata تقرأ tercermin kehadiran kamu (lk), dan pada kata يقرأ tercermin kehadiran dia (lk) sebagai individu. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang membutuhkan kata secara utuh untuk menghadirkan seseorang.
3.      Retorika paralel.
Maksud dari retorika di sini ialah bentuk atau model berpikir untuk menyatakan maksud yang diinginkan. Paralelisme bahasa Arab tampak dalam pemakaian kata sarana penghubung antarkata, antarfrase, antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Kita sering mengalami kesulitan dalam mentrasfer teks berbahasa Arab karena nashnya “menumpuk” dan bertemali sehingga sulit menentukan akhir kalimat. Gejala ini banyak ditemukan pada buku-buku klasik yang juga dikenal dengan “kitab kuning”.
Dalam menghadapi masalah tersebut, penerjemahan huruf wawu sebagai kata sarana penghubung dapat dilakukan dengan memakai tanda koma (,), bukan dengan memakai kata sarana dan kecuali pada rincian yang terakhir. Dengan demikian, pemadanan tidak selalu dilakukan dengan simbol tertulis, tetapi dapat pula dengan tanda baca.
4.      Keutamaan makna.
Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah sebetulnya yang menjadi acuan setiap pembicaraan. Apapun kata atau kalimat yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat memberikan makna secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat menangkap makna ini secara utuh pula.
Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Walaupun bahasa Arab itu mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas untuk mengungkapkan makna agar dipahami oleh pendengar atau pembaca sehingga menimbulkan dampak psikologis yang mendorongnya untuk bertindak jika orang Arab membaguskan tuturan, memperindah ungkapan, dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini semata-mata untuk mementingkan makna. Karena itu dalam tradisi akademis mereka dikenal ungkapan, tuturan merupakan pelayan makna, majikan lebih mulia daripada pelayan. Artinya makna lebih penting daripada tuturan.
Karena bahasa Arab sangat mengutamakan makna, implikasinya ialah banyaknya bentuk, struktur, dan pola untuk menunjukkan makna, sifat, dan keadaan.
5.      Keberadaan i’rab.   
Di antara keistimewaan bahasa Arab lainnya ialah keberadaan i’rab. I’rab secara lughowi berarti menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan secara istilahi berarti berubahnya harakat akhir kata karena perubahan kedudukannya dalam kalimat. Keberadaan i’rab dalam bahasa Arab sangat urgen, karena perubahan harakat akhir merupakan tanda adanya perubahan kedudukan, dan adanya perubahan kedudukan berarti adanya perubahan makna. Tatkala bahasa Arab merupakan bahasa yang jelas dan terang, kahadiran i’rab menunjang kejelasan tersebut. I’rab inilah yang menjelaskan hubungan antarkata pada suatu kalimat dan susunan kalimat dalam kondisi yang variatif. Bahasa yang tidak mengenal i’rab hanya mengandalkan pada isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau hubungan antara frase dan klausa.
I’rab adalah tanda baca yang diwujudkan dalam bentuk fathah (penanda bunyi a), kasrah (penanda bunyi i), dhummah (penanda bunyi u), dan sukun (penanda huruf mati). Dengan tanda inilah setiap fungsi sintaksis di dalam sebuah kalimat menjadi jelas.
6.      Kekayaan kosakata.
Kosakata adalah satuan terkecil yang ikut menentukan kekuatan bahasa. Setiap bahasa memiliki kekayaan kosakata yang tentu saja tidak sama. Bahasa Arab menurut penelitian para ahli dikenal kaya akan kosakata, terutama pada konsep-konsep yang berkenaan dengan kebudayaan dan kehidupan mereka sehari-hari.
Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada kata tentang konsep haus, misalnya, yang erat kaitannya dengan kondisi alam orang Arab. Kata ini memiliki sejumlah kosakata yang menggambarkan derajat kehausan seseorang. Penjelasannya sebagai berikut :
Jika seseorang ingin minum, maka keinginannya itu cukup diungkapkan dengan . العطش  Jika العطش menguat, maka diuangkapkan dengan الظماء, jika الظماء menguat lagi, maka diungkapkan dengan الصدى, jika lebih الصدى kuat lagi, maka diungkapkan dengan  الأوام, jika الأوام lebih dahsyat lagi, maka diungkapkan dengan  الهيام. Kata yang terakhir ini menggambarkan rasa haus yang luar biasa sehingga identik dengan datangnya kematian.
Dalam bahasa Indonesia khususnya, derajat kualitas semacam itu biasanya diungkapkan dengan kata sarana yang menunjukkan perbandingan, misalnya kata lebih, amat, sangat, dan lain-lain. Bukan dengan satu kata seperti dalam bahasa Arab.
Kekayaan makna bahasa Arab tidak terbatas pada kata, tetapi termasuk kekayaan makna huruf. Setidaknya ada empat media yang sangat berperan memperkaya kosakata bahasa Arab. Adapun penjelasannya antara lain :
a.       Taraduf (sinonim).
Taraduf atau sinonim ialah beragam kata dalam satu makna. Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim. Sehingga Ibnu Faris mengatakan bahwa salah satu kekuatan bahasa Arab terletak pada adanya sinonim. Katanya selain bahasa Arab tak ada lagi bahasa yang sanggup mengungkapkan satu makna dalam beragam kata. Selanjutnya Ya’qub mencatat di dalam bahasa Arab bahwa kataالسيف  (pedang) memiliki lebih dari 1000 nama, الأسد (singa) memilik 500 nama, الثعبان (ular) memiliki 200 nama, dan masih banyak lagi yang lainnya.
b.      Isytirak (homonim)
Isytirak atau homonim adalah beragam makna yang mengacu pada satu kata. Atau satu kata yang menunjukkan pada makna banyak. Ragam makna ini tentu diungkapkan lewat kata-kata tertentu, sehingga melahirkan banyak kosakata. Ya’qub menyebutkan bahwa kata الحوب saja, melahirkan lebih dari 30 makna, antara lain : الإثم (dosa), البنت (anak perempuan),  الحاجة (kebutuhan) dan lain-lain.
c.       Tadhadh (antitesis-polisemi)
Tadhadh dalam istilah linguistic disebut antithetical polisemy yaitu suatu kata yang menunjukkan makna tertentu sekaligus kebalikannya. Jadi pada dasarnya tadhadh adalah bagian dari isytirak, hanya saja makna dalam tadhadh adalah dua berlawanan. Kata البسل misalnya, mengandung makna الحلال (halal) atau  الحرام (haram).
d.      Isytiqaq
Isytiqaq dapat diartikan sebagai pengambilan suatu kata dari kata yang lain dengan menjaga kesesuaian makna. Dalam definisi lain dapat dikatakan merubah bentuk suatu kata ke dalam bentuk lain dengan menjaga keserasian makna antara keduanya. Qaddur membagi isytiqaq ke dalam empat kategori, yakni isytiqaq shaghir, isytiqaq kabir, isytiqaq akbar atau ibdal, dan naht.
7.      Integrasi dua kata.
Yang dimaksud integrasi dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki makna berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk kata yang menunjukkan dua (mutsanna) secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam bahasa Arab. Dengan demikian integrasi di sini tidak berarti menggabungkan dua kata menjadi satu makna. Dalam prakteknya, ungkapan istilah yang mewadahi dua makna ini terbagi dalam dua bagian.
Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata yang berintegrasi, misalnya : الأبوان (ayah dan ibu), القمران (matahari dan bulan) dan lain. Yang kedua ungkapan istilah diambil dari kata lain yang kelihatannya tidak identik dengan dua kata yang berintegrasi, misalnya, الثقلان (jin dan manusia), الجديدان (siang dan malam), dan lain sebagainya.
8.      Qiyas (analogi kata).
Secara umum qiyas atau analogi kata berarti membentuk kata tertentu berdasarkan pola tertentu (wazan). Analogi kata biasanya memang ada pada setiap bahasa. Namun bahasa Arab memiliki sistem analogi yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal istilah tashrif, yaitu bentukan kata tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku. Proses analogi inilah yang dikenal dengan istilah tashrif. Pola-pola itu memiliki arti dan memang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi dalam bahasa Arab menjadikan analogi ini sebagai cirri khas bahasa ini.
Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu lughowi yang artinya perubahan kata berdasarkan kata ganti (dhamir), dan istilahi yang artinya perubahan kata berdasarkan jenis bentukan (shighat).
9.      Dinamika dan kekuatan.
Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat. Tanpa bermaksud melebihkan orang Arab, bagi mereka tuturan, pikiran, dan perbuatan adalah saling melengkapi dalam kehidupan. Tuturan orang Arab adalah pikirannya dan pikirannya merupakan awal dari tindakannya. Tiga hal itu menjadi sebuah kekuatan bahasa yang bisa jadi hanya dimiliki oleh bahasa ini.
Biasanya akar suatu kata akan melahirkan banyak kata yang lain. Ini menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan kekuatan yang menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh, tidak mudah tergoyahkan. Dinamika dan kekuatan bahasa Arab ditopang oleh standar yang keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan sampai saat ini. Standar itu tiada lain Alqur’an. Sungguh sangat menakjubkan, bahasa Alqur’an tak pernah lapuk ditelan waktu, tak lekang dimakan zaman, dan tak pernah sekarat walau berbeda tempat. Sampai saat ini bahasa Alqur’an tetap menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis didalami dari berbagai segi dan oleh berbagai kalangan.
Contoh yang sederhana, dinamika dan kekuatan bahasa Arab, misalnya, tercermin dari perubahan tiga huruf yaitu ك (kaf), ل (lam) dan م (mim). Ketiga huruf ini dapat berubah menjadi كلم (berbicara),كمل  (sempurna), لكم (menampar), مكل (menyusut), dan ملك  (memiliki). Setiap kata ini pun memiliki variasi makna sesuai dengan konteksnya.[5]
B.     Karakteristik Bahasa Indonesia
Dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah” dijelaskan bahwa bahasa Indonesia memiliki hal-hal antara lain:
1.      Kosakata.
Sebagaimana bahasa pada umumnya, bahasa Indonesia juga memiliki banyak kosakata. Dalam bahasa ini, bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan, menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing tersebut.[6]
2.      Aspek tata bahasa.
Aspek tata bahasa Indonesia meliputi penggunaan kata dasar, pengimbuhan kata, kata pengulangan, dan penggabungan kata.
3.       Aspek semantik.
Dalam aspek semantik, bahasa Indonesia mencakup hal-hal seperti sinonim, homonim, hiponim, dan polisemi. 
4.      Singkatan dan lambang.
Istilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan menurut tiga cara sebagai berikut :
a.        Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Contoh, cm yang dilisankan sentimeter, l yang dilisankan liter, dan lain sebagainya.
b.      Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan huruf demi huruf. Contoh, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang dilisankan p-l-t-a.
c.       Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya. Contoh, harian (yang berasal dari surat kabar harian), lab (yang berasal dari laboratorium), dan lain-lain.
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. Misalnya, radar (radio detecting and ranging), rudal (peluru kendali), tilang (bukti pelanggaran) dan lain-lain.
Adapun lambang terdiri dari dua macam, yaitu huruf lambang dan gambar lambang. Huruf lambang ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah seperti kuantitas, satuan, dan unsure. Huruf lambang tidak diberi titik di belakangnya. Contoh, F (gaya), Hg (raksa dalam kimia), dan lainnya. Sedangkan gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Contoh diartikan jumlah beruntun dalam matematika, ~ diartikan setara, dan lain-lain.[7]
Bahasa Indonesia juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam Bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam orasi politik akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah jum’at atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang mendukung tumbuhnya pemahaman mereka terhadap pengertian Bahasa Indonesia ragam ilmiah.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuh isyarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Cendekia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
2.      Lugas dan Jelas
Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
3.      Menghindari Kalimat Fragmentaris
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris.Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4.      Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
5.      Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.
Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain.
6.      Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.
7.      Ringkas dan Padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
8.      Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek. Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.[8]















III.  Penutup
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa karakteristik bahasa Arab meliputi kaitan mentalistik subyek-predikat, kehadiran individu, retorika parallel, keutamaan makna, keberadaan i’rab, kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan qiyas (analogi kata).
Bahasa Indonesia juga memiliki karakteristik, di antaranya dalam hal kosakata, aspek tata bahasa, aspek semantik, dan istilah singkatan dan lambang.
Adapun dalam bahasa Indonesia penulis mengambil karakteristik dalam ragam ilmiah yang meliputi cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.















ترجم إلى اللغة الإندونيسية
الأهداف في العملية التعليمية مهمة جدا لأن لها علاقة قوية مع اختيار الطريقة والمادة التى يستخدمها المعلم في العملية التعليمية، ولتكون أهداف تعليم اللغة المقصودة. والأهداف العامة لتعليم اللغة العربية عند محمود يونوس هي :
1)   ليفهم ويعرف الطلاب ما يقرؤه فى الصلاة بفهم عميق
2)   ليقرأ القرآن قراءة صحيحة ليهتدي و يتذكر به
3)   ليتعلم العلوم الدينية الإسلامية
4)   ليستعمل المتعلم اللغة العربية فى المهنة الاخرى
5)   أن يمارس الطلاب مهارة الكلام و الكتابة فى اللغة العربية للإتصال بالمسلمين خارج البلاد.[9]









DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:  Remaja Rosdakarya Offset
Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab,. Jogjakarta: DIVA Press
Rosyid, Moh. 2004. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Semarang: UPT Unnes Press
Yunus, Mahmud.             . Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Alqur’an). Jakarta: PT. Hidakarya Agung
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. 1996. Bandung: Pustaka Setia
file:///F:/Pendidikan%20Matematika%202011%20%20PENGERTIAN%20DAN%20KARAKTERISTIK%20BAHASA%20INDONESIA%20RAGAM%20ILMIAH.htm


[1] Moh Rosyid, M.Pd., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Semarang: UPT Unnes Press, 2004), cet. 1, hlm. 43
[2] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:  Remaja Rosdakarya Offset, 2011), cet. 2, hlm. 58
[3] Ulin Nuha, M.Pd. I., Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), cet. 1, hlm. 42
[4] Ibid, hlm. 59
[5] Ibid, hlm. 60-71
[6] Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,(Bandung: Pustaka Setia, 1996), cet 5, hlm. 55
[7] Ibid, hlm. 55-69
[8]file:///F:/Pendidikan%20Matematika%202011%20%20PENGERTIAN%20DAN%20KARAKTERISTIK%20BAHASA%20INDONESIA%20RAGAM%20ILMIAH.htm
[9] Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Alqur’an), (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), cet. 5, hlm 22

1 komentar:

  1. Online casino | Kadangpintar
    Online casino | 바카라 사이트 Kadangpintar.com | | Kadangpintar.com | 1xbet | 온카지노 Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com.

    BalasHapus