I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi hidup manusia. Tanpa
bahasa manusia tidak akan menuai kehidupan.[1] Bahasa
berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan
bangsa dalam kegiatan sosialisasi. Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang
arbitrer (mana suka), dipergunakan oleh para anggota kelompok social untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Setiap bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya. Dilihat dari
sudut pandang ini, tidak ada bahasa yang lebih unggul daripada bahasa yang
lain. Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam statusnya, yaitu
sebagai alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja menuntut kesepahaman di
antara pelaku komunikasi. Namun, pada sudut pandang yang lain, setiap bahasa
memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain.
Karakteristik ini sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tak
ada tandingannya.[2]
Demikian pula bahasa Arab dan bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain.
B. Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain:
a. Bagaimana karakteristik bahasa Arab ?
b. Bagaimana karakteristik bahasa Indonesia ?
II. Pembahasan
A. Karakteristik
Bahasa Arab
Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat
pada bahasa-bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
yang fleksibel dan mempunyai elastisitas yang tinggi.[3]
Bahasa Arab memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari bahasa
lain. Dalam hal ini Utsman Amin memaparkan karakteristik tersebut secara
filosofis. Karakteristik ini dipandangnya sebagai keunggulan bahasa Arab atas
bahasa-bahasa lain di dunia. Menurutnya karakteristik pokok bahasa Arab itu
dapat dilihat dari segi: kaitan mentalistik subyek-prediket, kehadiran
individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan kekuatan. Selain
aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna, kekayaan kosakata,
integrasi dua kata, dan analogi. Penjelasannya akan diurutkan sebagai berikut :
1.
Kaitan mentalistik subyek-predikat.
Sebuah kalimat deklaratif lengkap biasanya minimal
terdiri atas satu kata pokok dan satu kata penjelas. Antara kata pokok dan kata
penjelas harus ada hubungan yang logis. Pada umumnya kedua unsur itu
dihubungkan oleh kata sarana. Namun struktur kalimath bahasa Arab tidak
memerlukan kata sarana yang menjelaskan hubungan antara subyek dan predikat.
Ada ungkapan bahasa Arab : الأمة العربية واحدة menetapakan
pengertian bahwa bangsa Arab itu satu. Hubungan antara bangsa Arab dan satu
bersifat mentalistik belaka dan tidak memerlukan kata sarana penghubung untuk
menjelaskan kaitan itu.
Sementara itu bahasa lain, misalnya bahasa Inggris,
memerlukan kehadiran kata penghubung antara subyek dan predikat.[4]
Kata penghubung tersebut disebut kopula yang salah satunya adalah to
be dengan peruntukan subyek yang berbeda.
2.
Kehadiran individu.
Dalam bahasa Arab tidak ada kata kerja yang terlepas dari individu.
Individu tersebut tampil pada kata ganti dan berbagai bentuk verba melalui
berbagai struktur kata dan kalimat. Kehadirannya tidak memerlukan sarana
eksternal berupa kata atau tanda baca. Individu itu melekat dengan verba dalam
strukturnya yang asli.
Pada kata أقرأ misalnya tercermin kehadiran aku, pada kata تقرأ tercermin
kehadiran kamu (lk), dan pada kata يقرأ tercermin kehadiran dia (lk) sebagai
individu. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang membutuhkan kata secara
utuh untuk menghadirkan seseorang.
3.
Retorika paralel.
Maksud dari retorika di sini ialah bentuk atau model berpikir untuk
menyatakan maksud yang diinginkan. Paralelisme bahasa Arab tampak dalam
pemakaian kata sarana penghubung antarkata, antarfrase, antarklausa,
antarkalimat, dan antarparagraf. Kita sering mengalami kesulitan dalam
mentrasfer teks berbahasa Arab karena nashnya “menumpuk” dan bertemali sehingga
sulit menentukan akhir kalimat. Gejala ini banyak ditemukan pada buku-buku
klasik yang juga dikenal dengan “kitab kuning”.
Dalam menghadapi masalah tersebut, penerjemahan huruf wawu sebagai kata
sarana penghubung dapat dilakukan dengan memakai tanda koma (,), bukan dengan
memakai kata sarana dan kecuali pada rincian yang terakhir. Dengan
demikian, pemadanan tidak selalu dilakukan dengan simbol tertulis, tetapi dapat
pula dengan tanda baca.
4.
Keutamaan makna.
Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah
sebetulnya yang menjadi acuan setiap pembicaraan. Apapun kata atau kalimat yang
diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat memberikan makna secara
utuh, dan pendengar atau pembaca dapat menangkap makna ini secara utuh pula.
Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Walaupun bahasa Arab itu
mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas untuk mengungkapkan makna agar
dipahami oleh pendengar atau pembaca sehingga menimbulkan dampak psikologis
yang mendorongnya untuk bertindak jika orang Arab membaguskan tuturan,
memperindah ungkapan, dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini semata-mata
untuk mementingkan makna. Karena itu dalam tradisi akademis mereka dikenal
ungkapan, tuturan merupakan pelayan makna, majikan lebih mulia daripada
pelayan. Artinya makna lebih penting daripada tuturan.
Karena bahasa Arab sangat mengutamakan makna, implikasinya ialah
banyaknya bentuk, struktur, dan pola untuk menunjukkan makna, sifat, dan
keadaan.
5.
Keberadaan i’rab.
Di antara keistimewaan bahasa Arab lainnya ialah keberadaan i’rab. I’rab
secara lughowi berarti menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan secara istilahi
berarti berubahnya harakat akhir kata karena perubahan kedudukannya dalam
kalimat. Keberadaan i’rab dalam bahasa Arab sangat urgen, karena perubahan
harakat akhir merupakan tanda adanya perubahan kedudukan, dan adanya perubahan
kedudukan berarti adanya perubahan makna. Tatkala bahasa Arab merupakan bahasa
yang jelas dan terang, kahadiran i’rab menunjang kejelasan tersebut. I’rab
inilah yang menjelaskan hubungan antarkata pada suatu kalimat dan susunan
kalimat dalam kondisi yang variatif. Bahasa yang tidak mengenal i’rab hanya
mengandalkan pada isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau hubungan
antara frase dan klausa.
I’rab adalah tanda baca yang diwujudkan dalam bentuk fathah (penanda
bunyi a), kasrah (penanda bunyi i), dhummah (penanda bunyi u), dan sukun
(penanda huruf mati). Dengan tanda inilah setiap fungsi sintaksis di dalam
sebuah kalimat menjadi jelas.
6.
Kekayaan kosakata.
Kosakata adalah satuan terkecil yang ikut menentukan kekuatan bahasa.
Setiap bahasa memiliki kekayaan kosakata yang tentu saja tidak sama. Bahasa
Arab menurut penelitian para ahli dikenal kaya akan kosakata, terutama pada
konsep-konsep yang berkenaan dengan kebudayaan dan kehidupan mereka
sehari-hari.
Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada kata
tentang konsep haus, misalnya, yang erat kaitannya dengan kondisi alam
orang Arab. Kata ini memiliki sejumlah kosakata yang menggambarkan derajat
kehausan seseorang. Penjelasannya sebagai berikut :
Jika seseorang ingin minum, maka keinginannya itu cukup diungkapkan
dengan .
العطش Jika العطش menguat, maka diuangkapkan dengan الظماء,
jika الظماء
menguat lagi, maka diungkapkan dengan الصدى, jika lebih الصدى kuat lagi, maka diungkapkan dengan الأوام, jika الأوام lebih dahsyat lagi, maka diungkapkan
dengan الهيام. Kata yang terakhir ini menggambarkan rasa haus yang luar biasa
sehingga identik dengan datangnya kematian.
Dalam bahasa Indonesia khususnya, derajat kualitas semacam itu biasanya
diungkapkan dengan kata sarana yang menunjukkan perbandingan, misalnya kata lebih,
amat, sangat, dan lain-lain. Bukan dengan satu kata seperti dalam bahasa
Arab.
Kekayaan makna bahasa Arab tidak terbatas pada kata, tetapi termasuk
kekayaan makna huruf. Setidaknya ada empat media yang sangat berperan
memperkaya kosakata bahasa Arab. Adapun penjelasannya antara lain :
a. Taraduf (sinonim).
Taraduf atau sinonim ialah beragam kata dalam satu makna. Bahasa Arab
adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim. Sehingga Ibnu Faris
mengatakan bahwa salah satu kekuatan bahasa Arab terletak pada adanya sinonim.
Katanya selain bahasa Arab tak ada lagi bahasa yang sanggup mengungkapkan satu
makna dalam beragam kata. Selanjutnya Ya’qub mencatat di dalam bahasa Arab
bahwa kataالسيف (pedang)
memiliki lebih dari 1000 nama, الأسد (singa) memilik 500 nama, الثعبان (ular) memiliki 200 nama, dan masih banyak
lagi yang lainnya.
b. Isytirak (homonim)
Isytirak atau homonim adalah beragam makna yang mengacu pada satu kata.
Atau satu kata yang menunjukkan pada makna banyak. Ragam makna ini tentu
diungkapkan lewat kata-kata tertentu, sehingga melahirkan banyak kosakata.
Ya’qub menyebutkan bahwa kata الحوب saja, melahirkan
lebih dari 30 makna, antara lain : الإثم (dosa), البنت (anak perempuan), الحاجة (kebutuhan) dan lain-lain.
c. Tadhadh (antitesis-polisemi)
Tadhadh dalam istilah linguistic disebut antithetical polisemy yaitu
suatu kata yang menunjukkan makna tertentu sekaligus kebalikannya. Jadi pada
dasarnya tadhadh adalah bagian dari isytirak, hanya saja makna dalam tadhadh
adalah dua berlawanan. Kata البسل misalnya, mengandung makna الحلال (halal) atau الحرام (haram).
d. Isytiqaq
Isytiqaq dapat diartikan sebagai pengambilan suatu kata dari kata yang
lain dengan menjaga kesesuaian makna. Dalam definisi lain dapat dikatakan
merubah bentuk suatu kata ke dalam bentuk lain dengan menjaga keserasian makna
antara keduanya. Qaddur membagi isytiqaq ke dalam empat kategori, yakni
isytiqaq shaghir, isytiqaq kabir, isytiqaq akbar atau ibdal, dan naht.
7.
Integrasi dua kata.
Yang dimaksud integrasi dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki
makna berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk kata yang menunjukkan dua
(mutsanna) secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam bahasa Arab.
Dengan demikian integrasi di sini tidak berarti menggabungkan dua kata menjadi
satu makna. Dalam prakteknya, ungkapan istilah yang mewadahi dua makna ini terbagi
dalam dua bagian.
Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata yang
berintegrasi, misalnya : الأبوان (ayah dan ibu), القمران (matahari dan bulan) dan lain. Yang kedua
ungkapan istilah diambil dari kata lain yang kelihatannya tidak identik dengan
dua kata yang berintegrasi, misalnya, الثقلان (jin dan manusia), الجديدان (siang dan
malam), dan lain sebagainya.
8.
Qiyas (analogi kata).
Secara umum qiyas atau analogi kata berarti membentuk kata tertentu
berdasarkan pola tertentu (wazan). Analogi kata biasanya memang ada pada
setiap bahasa. Namun bahasa Arab memiliki sistem analogi yang tidak dimiliki
oleh bahasa lain. Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal istilah tashrif,
yaitu bentukan kata tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan
pola-pola yang sudah baku. Proses analogi inilah yang dikenal dengan istilah
tashrif. Pola-pola itu memiliki arti dan memang diperuntukkan untuk
tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi dalam bahasa Arab menjadikan
analogi ini sebagai cirri khas bahasa ini.
Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu lughowi
yang artinya perubahan kata berdasarkan kata ganti (dhamir), dan istilahi
yang artinya perubahan kata berdasarkan jenis bentukan (shighat).
9.
Dinamika dan kekuatan.
Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat. Tanpa
bermaksud melebihkan orang Arab, bagi mereka tuturan, pikiran, dan perbuatan
adalah saling melengkapi dalam kehidupan. Tuturan orang Arab adalah pikirannya
dan pikirannya merupakan awal dari tindakannya. Tiga hal itu menjadi sebuah
kekuatan bahasa yang bisa jadi hanya dimiliki oleh bahasa ini.
Biasanya akar suatu kata akan melahirkan banyak kata yang lain. Ini
menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan kekuatan
yang menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh, tidak mudah
tergoyahkan. Dinamika dan kekuatan bahasa Arab ditopang oleh standar yang
keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan sampai saat ini. Standar itu tiada
lain Alqur’an. Sungguh sangat menakjubkan, bahasa Alqur’an tak pernah lapuk
ditelan waktu, tak lekang dimakan zaman, dan tak pernah sekarat walau berbeda
tempat. Sampai saat ini bahasa Alqur’an tetap menjadi sumber inspirasi yang tak
pernah habis didalami dari berbagai segi dan oleh berbagai kalangan.
Contoh yang sederhana, dinamika dan kekuatan bahasa Arab, misalnya,
tercermin dari perubahan tiga huruf yaitu ك (kaf), ل (lam) dan م (mim). Ketiga huruf ini dapat berubah
menjadi كلم (berbicara),كمل (sempurna), لكم (menampar), مكل (menyusut), dan ملك (memiliki). Setiap kata ini pun memiliki variasi makna sesuai
dengan konteksnya.[5]
B. Karakteristik
Bahasa Indonesia
Dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah” dijelaskan bahwa
bahasa Indonesia memiliki hal-hal antara lain:
1.
Kosakata.
Sebagaimana bahasa pada umumnya, bahasa Indonesia juga
memiliki banyak kosakata. Dalam bahasa ini, bahasa asing dapat dijadikan sumber
peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan,
menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing tersebut.[6]
2.
Aspek tata bahasa.
Aspek tata bahasa Indonesia meliputi penggunaan kata
dasar, pengimbuhan kata, kata pengulangan, dan penggabungan kata.
3.
Aspek semantik.
Dalam aspek semantik, bahasa Indonesia mencakup
hal-hal seperti sinonim, homonim, hiponim, dan polisemi.
4.
Singkatan dan lambang.
Istilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya
dipendekkan menurut tiga cara sebagai berikut :
a.
Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas
satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah
lengkapnya. Contoh, cm yang dilisankan sentimeter, l yang
dilisankan liter, dan lain sebagainya.
b.
Istilah yang bentuk tulisannya
terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan huruf demi huruf.
Contoh, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang dilisankan p-l-t-a.
c.
Istilah yang dibentuk dengan
menanggalkan sebagian unsurnya. Contoh, harian (yang berasal dari surat kabar
harian), lab (yang berasal dari laboratorium), dan lain-lain.
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan
huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. Misalnya, radar (radio detecting
and ranging), rudal (peluru kendali), tilang (bukti pelanggaran) dan lain-lain.
Adapun lambang terdiri dari dua macam, yaitu huruf
lambang dan gambar lambang. Huruf lambang ialah satu huruf atau lebih yang
melambangkan konsep dasar ilmiah seperti kuantitas, satuan, dan unsure. Huruf
lambang tidak diberi titik di belakangnya. Contoh, F (gaya), Hg (raksa dalam
kimia), dan lainnya. Sedangkan gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang
melambangkan konsep ilmiah menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan.
Contoh ∑ diartikan jumlah beruntun dalam matematika, ~
diartikan setara, dan lain-lain.[7]
Bahasa Indonesia juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu dan
konteks ini akan menentukan ragam Bahasa Indonesia yang harus digunakan.
Seseorang yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam orasi politik akan
menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk
menyampaikan khotbah jum’at atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam
dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam
ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat,
dan konsisten. Mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang mendukung
tumbuhnya pemahaman mereka terhadap pengertian Bahasa Indonesia ragam ilmiah.
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan
dalam menulis karya ilmiah. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai
kegiatan yang bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah ragam bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan ragam bahasa
berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan
sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuh isyarat
diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat
dan sistematis.
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Cendekia
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah
itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis.
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
2.
Lugas dan Jelas
Sifat
lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan
ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara
langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa
Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan
isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan
mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara
gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya
akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
3.
Menghindari Kalimat Fragmentaris
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris.Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi karena adannya
keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari
kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4.
Bertolak dari Gagasan
Bahasa
ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya,
kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat
aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
5.
Formal
Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan
bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan
kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan
utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat
formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan
predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi,
dan tampilan esei formal.
Ciri
formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang
formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada
umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya
tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain.
6. Objektif
Bahasa
ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan
kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.
7. Ringkas
dan Padat
Sifat
ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang
hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan
unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga
ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam
tulisan ilmiah.
8. Konsisten
Unsur
bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali
sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai
dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai
contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan
dan kata tugas bagi mengantarkan objek. Selain itu, apabila
pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah
Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.[8]
III. Penutup
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa karakteristik bahasa Arab
meliputi kaitan mentalistik subyek-predikat, kehadiran individu, retorika
parallel, keutamaan makna, keberadaan i’rab, kekayaan kosakata, integrasi dua
kata, dan qiyas (analogi kata).
Bahasa
Indonesia juga memiliki karakteristik, di antaranya dalam hal kosakata, aspek
tata bahasa, aspek semantik, dan istilah singkatan dan lambang.
Adapun dalam
bahasa Indonesia penulis mengambil karakteristik dalam ragam ilmiah yang
meliputi cendekia,
lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan,
formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna
sebagaimana mestinya.
ترجم إلى اللغة
الإندونيسية
الأهداف في العملية
التعليمية مهمة جدا لأن لها علاقة قوية مع اختيار الطريقة والمادة التى يستخدمها
المعلم في العملية التعليمية، ولتكون أهداف تعليم اللغة المقصودة. والأهداف العامة
لتعليم اللغة العربية عند محمود يونوس هي :
1) ليفهم ويعرف الطلاب
ما يقرؤه فى الصلاة بفهم عميق
2) ليقرأ القرآن قراءة
صحيحة ليهتدي و يتذكر به
3) ليتعلم العلوم
الدينية الإسلامية
4) ليستعمل المتعلم
اللغة العربية فى المهنة الاخرى
5) أن يمارس الطلاب
مهارة الكلام و الكتابة فى اللغة العربية للإتصال بالمسلمين خارج البلاد.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab,.
Jogjakarta: DIVA Press
Rosyid, Moh. 2004. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Semarang:
UPT Unnes Press
Yunus,
Mahmud. . Metodik
Khusus Bahasa Arab (Bahasa Alqur’an). Jakarta: PT. Hidakarya Agung
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. 1996. Bandung: Pustaka Setia
file:///F:/Pendidikan%20Matematika%202011%20%20PENGERTIAN%20DAN%20KARAKTERISTIK%20BAHASA%20INDONESIA%20RAGAM%20ILMIAH.htm
[1] Moh Rosyid, M.Pd., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
(Semarang: UPT Unnes Press, 2004), cet. 1, hlm. 43
[2] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), cet. 2, hlm.
58
[3] Ulin Nuha, M.Pd. I., Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa
Arab, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), cet. 1, hlm. 42
[6] Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,(Bandung: Pustaka Setia, 1996), cet 5, hlm. 55
[8]file:///F:/Pendidikan%20Matematika%202011%20%20PENGERTIAN%20DAN%20KARAKTERISTIK%20BAHASA%20INDONESIA%20RAGAM%20ILMIAH.htm
[9] Mahmud Yunus, Metodik
Khusus Bahasa Arab (Bahasa Alqur’an), (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), cet. 5, hlm 22
Online casino | Kadangpintar
BalasHapusOnline casino | 바카라 사이트 Kadangpintar.com | | Kadangpintar.com | 1xbet | 온카지노 Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com | Kadangpintar.com.