Minggu, 28 Mei 2017

Teori Pembelajaran dalam Psikologi Menurut Teori Medan Lewin



I.          Pendahuluan
A.       Latar Belakang
Teori medan muncul sebagai teori dalam psikologi sosial karena dipengaruhi oleh perkembangan ilmu alam dan ilmu kimia. Psikologi itu sendiri hadir untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan karena psikologi merupakan sebuah paradigma baru dalam ilmu pengetahuan yang  memberikan cara pandang serta upaya dalam memahami gejala-gejala ilmiah.
Pengaruh teori medan dari ilmu alam dimanifestasikan dalam psikologi sejalan dengan pengaruh yang diberikan oleh gerakan Gestalt yang dipelopori oleh psikolog Jerman. Pokok fikiran psikologi Gestalt sendiri berasumsi bahwa tingkah laku ditentukan oleh medan psikofisis yang terdiri dari suatu sistem tekanan-tekanan atau kekuatan-kekuatan yang terorganisir.
Dari sini penulis mencoba memaparkan dan menjelaskan tema yang berjudul “Teori Pembelajaran dalam Psikologi Menurut Teori Medan Lewin”.
B.        Rumusan Masalah
                    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah ialah bagaimana penjelasan tentang teori medan tersebut.







II.       Pembahasan
Teori Medan (field theory) diperkenalkan oleh Kurt Lewin setelah beliau meninggalkan teori medan gestalt dan lalu mengembangkan teorinya sendiri. Lewin mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penyelidikan mengenai motivasi perilaku manusia yang menurut pandangan beliau merupakan tenaga atau kekuatan yang berhubungan erat dengan sistem ketegangan psikologi. Dalam mengembangkan teori ini Lewin menggunakan konsep ilmu fisika yang disebut medan dinamik (dynamic field) seperti medan magnet, yakni semua partikel berinteraksi satu sama lain, dan setiap partikel dipengaruhi oleh kekuatan yang ditentukan oleh medan magnetik itu pada suatu waktu tertentu. Tampaknya pengaruh behaviorisme agak terasa juga di dalam perkembangan teori ini meskipun hanya sedikit.
Dalam hal ini Lewin telah mengembangkan satu konsep penting dalam teorinya yang hampir sama dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang penghidupan” dimana setiap perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.         Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.         Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.   
Keadaan setiap bagian dari ruang penghidupan ini, misalnya diri sendiri, bergantung pada keadaan dan antarhubungan di antara setiap bagian lain dengan diri sendiri pada waktu itu. Setiap pengamat memandang penghidupan ini secara objektif dan tidak secara subjektif. Oleh karena itu, pendekatan ini tampak dipengaruhi oleh behaviorisme. Meskipun demikian, teori Lewin ini dimasukkan dalam kelompok teori kognitif, karena peranan diri sendiri (organisme) di dalam ruang penghidupan itu sangat besar, terutama dalam menentukan reaksi (respons) atau organisme individu itu.
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan yang dipakai Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologi. Fokusnya adalah saling berhubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia.
Dalam ruang penghidupan ini terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sesuai dengan keperluan-keperluan individu tersebut. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai inilah yang membangkitkan kekuatan penarik atau kekuatan positif dan kekuatan penolak atau kekuatan negatif yang menimbulkan sistem-sistem ketegangan yang akan menentukan arah pergerakan individu itu di dalam ruang penghidupannya. Menurut Lewin, sistem-sistem ketegangan inilah yang menjadi dasar perilaku. Dalam menentukan sifat-sifat ini, organisme itu sendiri memegang peranan yang sangat penting. Umpamanya, seseorang setelah mengamati ruang pernghidupannya berdasarkan keperluan-keperluannya telah merasa tertarik pada suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan keperluannya itu, tetapi dalam usahanya untuk mencapai tujuan itu, muncul suatu halangan yang menghambat tercapainya tujuan itu. Maka halangan ini akan membangkitkan berbagai ketegangan yang bisa menimbulkan berbagai pengaruh atau akibat sesuai dengan keadaan ruang penghidupan individu itu. Akibat dari ketegangan ini mungkin seseorang itu akan mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya atau mencari tujuan lain yang lebih menarik. Atau dia akan meninggalkan tujuannya itu untuk sementara waktu atau untuk selamanya.
Dari pembicaraan di atas dapat kita lihat adanya tiga buah konsep penting dalam teori Lewin, tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi untuk mencapai tujuan. Dalam teori ruang penghidupan ini, dimasukkan juga ganjaran dan hukuman. Ganjaran memiliki konotasi kognitif sebab Lewin percaya bahwa setiap orang dapat menilai ganjaran atau hukuman tersebut berkesan atau tidak. [1]
Adapun menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1.         Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi seseorang dalam lingkungan  psikologisnya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilannya. Contohnya: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya dari pada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
2.         Perubahan dalam variasi tingkah lakunya.
3.         Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
4.         Bertambah luasnya arena aktivitas. Contohnya : Anak kecil terikat oleh masa kini, sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dam masa depan.
5.         Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan mana yang khayalan dan yang nyata, pola berfikir meningkat. Contohnya : Dari pola berfikir asosiasi menjadi pola berfikir abstrak.[2]






III.       Penutup
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Lewin telah mengembangkan konsep penting dalam teorinya yang hampir sama dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang penghidupan” dimana setiap perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.         Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.         Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.  
Lewin juga mengembangkan adanya tiga buah konsep dalam teorinya, yaitu tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi untuk mencapai tujuan.
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
http://cacariosan.multiply.com/journal/item/4



[1] Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, cet. 1, hlm. 104
[2] http://cacariosan.multiply.com/journal/item/4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar