I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Teori medan muncul sebagai teori dalam psikologi sosial karena dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu alam dan ilmu kimia. Psikologi itu sendiri hadir untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan karena psikologi merupakan sebuah
paradigma baru dalam ilmu pengetahuan yang memberikan cara pandang serta
upaya dalam memahami gejala-gejala ilmiah.
Pengaruh teori medan dari ilmu alam dimanifestasikan dalam psikologi
sejalan dengan pengaruh yang diberikan oleh gerakan Gestalt yang dipelopori
oleh psikolog Jerman. Pokok fikiran psikologi Gestalt sendiri berasumsi bahwa
tingkah laku ditentukan oleh medan psikofisis yang terdiri dari suatu sistem
tekanan-tekanan atau kekuatan-kekuatan yang terorganisir.
Dari sini
penulis mencoba memaparkan dan menjelaskan tema yang berjudul “Teori Pembelajaran dalam Psikologi Menurut Teori Medan
Lewin”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah ialah bagaimana penjelasan
tentang teori medan tersebut.
II. Pembahasan
Teori Medan (field theory) diperkenalkan oleh
Kurt Lewin setelah beliau meninggalkan teori medan gestalt dan lalu
mengembangkan teorinya
sendiri. Lewin mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penyelidikan
mengenai motivasi perilaku manusia yang menurut pandangan beliau merupakan
tenaga atau kekuatan yang berhubungan erat dengan sistem ketegangan psikologi.
Dalam mengembangkan teori ini Lewin menggunakan konsep ilmu fisika yang disebut
medan dinamik (dynamic field) seperti medan magnet, yakni semua partikel
berinteraksi satu sama lain, dan setiap partikel dipengaruhi oleh kekuatan yang
ditentukan oleh medan magnetik itu pada suatu waktu tertentu. Tampaknya
pengaruh behaviorisme agak terasa juga di dalam perkembangan teori ini meskipun
hanya sedikit.
Dalam hal ini Lewin telah mengembangkan
satu konsep penting dalam teorinya yang hampir sama dengan teori medan gestalt,
yakni konsep “ruang penghidupan” dimana setiap perilaku berlangsung. Menurut
Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.
Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri
pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.
Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam
hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.
Keadaan setiap bagian dari ruang penghidupan ini, misalnya diri sendiri,
bergantung pada keadaan dan antarhubungan di antara setiap bagian lain dengan
diri sendiri pada waktu itu. Setiap pengamat memandang penghidupan ini secara
objektif dan tidak secara subjektif. Oleh karena itu, pendekatan ini tampak
dipengaruhi oleh behaviorisme. Meskipun demikian, teori Lewin ini dimasukkan
dalam kelompok teori kognitif, karena peranan diri sendiri (organisme) di dalam
ruang penghidupan itu sangat besar, terutama dalam menentukan reaksi (respons)
atau organisme individu itu.
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis
dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan yang dipakai Lewin untuk
menggambarkan ruang hidup disebut topologi. Fokusnya adalah saling berhubungan
antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia.
Dalam ruang penghidupan ini terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh individu itu sesuai dengan keperluan-keperluan individu tersebut.
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai inilah yang membangkitkan kekuatan penarik
atau kekuatan positif dan kekuatan penolak atau kekuatan negatif yang
menimbulkan sistem-sistem ketegangan yang akan menentukan arah pergerakan
individu itu di dalam ruang penghidupannya. Menurut Lewin, sistem-sistem
ketegangan inilah yang menjadi dasar perilaku. Dalam menentukan sifat-sifat
ini, organisme itu sendiri memegang peranan yang sangat penting. Umpamanya,
seseorang setelah mengamati ruang pernghidupannya berdasarkan
keperluan-keperluannya telah merasa tertarik pada suatu tujuan tertentu yang
berkaitan dengan keperluannya itu, tetapi dalam usahanya untuk mencapai tujuan
itu, muncul suatu halangan yang menghambat tercapainya tujuan itu. Maka
halangan ini akan membangkitkan berbagai ketegangan yang bisa menimbulkan
berbagai pengaruh atau akibat sesuai dengan keadaan ruang penghidupan individu
itu. Akibat dari ketegangan ini mungkin seseorang itu akan mencari jalan lain
untuk mencapai tujuannya atau mencari tujuan lain yang lebih menarik. Atau dia
akan meninggalkan tujuannya itu untuk sementara waktu atau untuk selamanya.
Dari pembicaraan di atas dapat kita lihat adanya tiga buah konsep
penting dalam teori Lewin, tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi untuk
mencapai tujuan. Dalam teori ruang penghidupan ini, dimasukkan juga ganjaran
dan hukuman. Ganjaran memiliki konotasi kognitif sebab Lewin percaya bahwa
setiap orang dapat menilai ganjaran atau hukuman tersebut berkesan atau tidak. [1]
Adapun menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1.
Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia,
maka region-region dalam pribadi seseorang dalam lingkungan psikologisnya
akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilannya.
Contohnya: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya dari pada
anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
2.
Perubahan dalam variasi tingkah lakunya.
3.
Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah
lakunya lebih kompleks.
4.
Bertambah luasnya arena aktivitas. Contohnya :
Anak kecil terikat oleh masa kini, sedangkan orang dewasa terikat oleh masa
kini, masa lampau dam masa depan.
5.
Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan
mana yang khayalan dan yang nyata, pola berfikir meningkat. Contohnya : Dari
pola berfikir asosiasi menjadi pola berfikir abstrak.[2]
III. Penutup
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Lewin telah mengembangkan konsep penting dalam teorinya yang
hampir sama dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang penghidupan” dimana
setiap perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
1.
Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri
pada saat tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2.
Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, lingkungan konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam
hubungannya dengan keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.
Lewin juga mengembangkan adanya tiga buah
konsep dalam teorinya, yaitu tujuan, pengamatan atau persepsi, dan motivasi
untuk mencapai tujuan.
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, semoga
dapat berguna sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik
Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
http://cacariosan.multiply.com/journal/item/4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar