Minggu, 28 Mei 2017

Kontribusi Linguistik dalam Bahasa Ibu



Kontribusi Linguistik dalam Bahasa Ibu
Bahasa ibu merupakan padanan untuk istilah Inggris native language, yaitu satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga oleh anak. Sebagai contoh, bahasa ibu penduduk asli penduduk di lereng gunung merapi adalah bahasa Jawa dan bahasa ibu penduduk asli di tepi danau batur adalah bahasa Bali.
Bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai dan digunakan oleh seorang ibu (atau biasa disebut bahasa sang ibu), melainkan mengacu pada bahasa yang dipelajari seorang anak dalam keluarga yang mengasuhnya. Sekarang ini di kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan lain-lain banyak terjadi orang tua menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi berdua namun menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan anak mereka. Hal ini bisa dikatakan bahasa ibu si anak adalah bahasa Indonesia sebab bahasa itulah yang dipelajari anak dari keluarganya.
Bahasa ibu biasa disebut bahasa pertama karena bahasa itulah yang pertama dipelajari anak. Kalau kemudian si anak mempelajari bahasa lain yang bukan bahasa ibunya, maka bahasa lain yang dipelajarinya itu disebut bahasa kedua. Sedangkan bahasa lain lagi yang mungkin dipelajari anak setelah itu disebut bahasa ketiga, keempat dan seterusnya.
Pada penjelasan di atas telah disebutkan bahwa bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai dan digunakan oleh seorang ibu (bahasa sang ibu), maka untuk menghindari kesalahpahaman istilah, perlu dibedakan istilah antara bahasa ibu dengan bahasa sang ibu. Bila bahasa ibu adalah bahasa yang dipelajari anak, maka bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh bahasa ibunya. Istilah ini dipakai sebagai padanan istilah Inggris motherese, parentese, atau child directed speech.
Bangsa Indonesia memiliki banyak suku, budaya, dan bahasa dengan ragam dialek yang berbeda-beda. Oleh karena itu, wajarlah bila di suatu sekolah (kelas rendah) terdapat berbagai bahasa ibu mengingat siswa berasal dari berbagai latar belakang dan suku bahkan bahasa daerah yang beragam pula. Bahasa daerah sebagai bahasa pertama dikenal anak sangat berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa Indonesia yang akan diperoleh anak di sekolahnya.
Adanya berbagai macam dan ragam bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat. Dialek atau pelafalan bahasa daerah dan ragam bahasa dalam tatanannya sebagai bahasa lisan memiliki dampak terhadap pelafalan bahasa Indonesia yang baik dan benar meskipun dari segi makna masih dapat diterima. Pelafalan yang nyata sering terdengar dalam tuturan resmi berasal dari berbagai dialek bahasa di nusantara yaitu Jawa, Batak, Sunda, Bali, Minangkabau. Dialek-dialek tersebut akan lebih baik bila sekecil mungkin dihilangkan apalagi bila dialek itu diselingi dengan bahasa daerah dari bahasa ibu (B1) petuturnya sehingga tidak menimbulkan permasalahan khususnya salah penafsiran bahasa karena terdapat bahasa daerah yang mempunyai ucapan atau pelafalan sama namun memiliki makna yang berbeda.
Contoh:
Ø  Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada
Ø  Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek
Ø  Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir)
Ø  Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena
Ø  Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak
Ø  Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah

Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Pelafalan dan penggunaa bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi resmi atau formal sebaiknya dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah yang sering digunakan sebagai bahasa ibu mempunyai dampak dalam perolehan bahasa siswa secara resmi atau formal berupa bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain dalam hal pendidikan, linguistik juga berperan dalam hal perkembangan bahasa ibu. Peran tersebut juga terlihat mencolok pada subdisiplin psikolinguistik. Psikolinguistik mempelajari pemerolehan bahasa manusia, dari awal lahir sampai meninggal. Oleh karena itu, dengan mempelajari linguistik, dan psikolinguistik khususnya, seorang ibu akan dapat mengetahui perkembangan bahasa ibu anak, ataupun kelainan-kelainan berbahasa anak, sehingga dapat mengatasi kelainan tersebut sejak dini.
Peranan kreativitas linguistik terhadap pemerolehan bahasa sangatlah mempengaruhi bagaimana anak berkembang. Aspek kreatif bahasa pada anak haruslah mendapat perhatian besar, bahkan harus menjadi pusat perhatian. Dengan kata lain, bila kita ingin memandang bahasa sebagai suatu ciri biologis manusia terutama pada anak, maka haruslah kita menjelaskan bagaimana caranya suatu sistem biologis seperti otak dapat mewujudkan kreativitas. Biasanya kreativitas linguistik ini muncul tanpa kesadaran.
Kreativitas linguistik berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Jika anak yang sudah menginjak tahap sekolah, peranan kreativitas ini muncul dengan mendapat nilai bagus dalam pelajaran berbahasa karena kemampuan berbahasanya lebih baik dari anak-anak lain. Kemampuan berbahasa itu sendiri artinya kemampuan berbicara, berbahasa, menggunakan kalimat secara efektif dan mampu menggunakan tata bahasa yang baik dan menyusun kata atau kalimat yang baik dari orang yang ada dalam lingkungannya.
Kreativitas linguistik sangat dipengaruhi oleh berbagai rangsangan-rangsangan mental yang kaya sejak dini. Karakter anak yang mandiri (mampu membimbing dirinya sendiri terbentuk sejak balita. Masa balita atau masa kanak-kanak, anak menangkap dan mengingat perlakuan yang dilihat dan diterimanya. Saat itu, kreativitas anak berkembang. Sedangkan aspek kreatif linguistik pada anak juga sangat berperan agar sang anak bisa mengembangkan kekreatifannya dalam kemampuan berbahasa. Disinilah kreativitas linguistik ini berperan dalam pemerolehan bahasa pada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar