Sabtu, 27 Mei 2017

bahasa Arab sebagai bahasa internasional



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Dan karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan. Seorang profesor linguistik, Hilary Wise (1987), dari University of London mengungkapkan, “As the language of the Koran the holy book of Islam, it is taught as a second language in Muslim states throughout the world”. Akhir-akhir ini bahasa Arab merupakan bahasa yang peminatnya cukup besar di Barat. Di Amerika misalnya, hampir tidak ada suatu perguruan tinggi yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah, termasuk perguruan tinggi Katholik atau Kristen. Sebagai contoh, Harvand University, sebuah perguruan tinggi swasta paling terpandang di dunia yang didirikan para ‘alim ulama’ protestan, dan Georgetown University, sebuah universitas swasta Katholik, keduanya mempunyai pusat studi Arab yang kurang lebih merupakan Center for Contemporary Arab Studies.[1]
Secara historis, terdapat pandangan di kalangan orang banyak, baik yang Muslim maupun yang bukan, tentang adanya semacam kesejajaran antara keislaman dan kearaban. Tetapi dalam telaah lebih lanjut, pandangan itu tampak didasarkan lebih banyak kepada kesan daripada kenyataan. Sebab kenyataannya ialah bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa khusus orang-orang Muslim dan agama Islam, melainkan juga bahasa kaum non-Muslim dan agama bukan Islam seperti Yahudi dan Kristen. Minoritas-minoritas Arab bukan Muslim sampai sekarang masih tetap bertahan di seluruh dunia Arab, termasuk Jazirah Arabia, kecuali kawasan yang kini membentuk kerajaan Arab Saudi, lebih khusus lagi provinsi Hijaz (Makkah-Madinah). Bahkan orang-orang Arab Kristen Libanon adalah keturunan langsung banu Ghassan yang sudah ter-Kristen-kan lama sejak sebelum Rasulullah SAW, yaitu sejakmereka menjadi satelit Kerajaan Romawi yang telah memeluk agama Kristen sejak raja Konstantin.
Di Afrika, bahasa Arab dituturkan dan menjadi bahasa pertama di negara-negara semacam Mauritania, Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, dan Sudan. Di semenanjung Arabia, bahasa ini merupakan bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Saudi, Qatar, Emirat Arab, dan jauh ke utara, Jordan, Irak, Syria, Libanon, dan Palestina. Menurut Wise, bahasa Arab juga merupakan bahasa orang-orang India Utara, sebagian orang Turki, Iran, Portugal, dan Spanyol.[2] Bahasa merupakan suatu sistem simbol yang memiliki makna, dan makna adalah arti yang mengacu pada suatu fakta dan realita.[3] Termasuk bahasa Arab.
B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain :
1.      Apa keunggulan dari bahasa Arab ?
2.      Bagaimana bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa Internasional ?
3.      Bagaimana peranan bahasa Arab dalam hubungan internasional ?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Keunggulan Bahasa Arab
Walaupun dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak asing di telinga mereka, terutama umat Islam. Namun sebagian besar dari mereka masih beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah bahasa agama, sehingga perkembangannya terbatas di lingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa multidimensi yang digunakan para cendekiawan dalam memproduksi karya-karya besar di berbagai bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika, sastra, dan lain-lain. Jika umat Islam dan umat lainnya mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang pertama kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi. Karena itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan peletak dasar pertumbuhan ilmu pengetahuan modern yang berkembang cepat.[4]
Sejak bahasa Arab yang tertuang di dalam Alqur’an didengungkan hingga kini, semua pengamat baik barat maupun orang muslim Arab menganggapnya sebagai bahasa yang memiliki standar ketinggian dan keelokan linguistik yang tertinggi, yang tiada taranya (the supreme standard of linguistic excellence and beauty). Hal ini tentu berdampak pada munculnya superioritas sastra dan filsafat, bahkan pada sains seperti ilmu matematika, kedokteran, ilmu bumi, dan tata bahasa Arab sendiri pada masa kejayaan Islam setelahnya. Abdurrahman Badawi menulis sebuah buku yang bila diterjemahkan berjudul “Peranan Arab di dalam Pembentukan Pemikiran Eropa”, atau “Daur al-‘Arab fi Takwin al-Fikr al-Uruby”. Julie Peteet menulis artikel pada penerbitan Center for Contemporary Arab Studies, tentang kontribusi peradaban Arab terhadap Matematika dan Sains (termasuk kedokteran, kimia, fisika, astronomi, dan sebagainya). “The Contributions of Arab Civilization to Mathematics and Sciences” dan lain-lain pengakuan yang diberikan oleh para orientalis.
Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh bahasa Arab di antara bahasa-bahasa lain di dunia karena ia berfungsi sebagai bahasa Alqur’an dan hadits serta kitab-kitab lainnya. Beradasarkan itulah orang yang hendak memahami hukum-hukum (ajaran) agama Islam dengan baik haruslah berusaha mempelajari bahasa Arab.[5] Jadi, bahasa Arab merupakan alat utama untuk memahami Alqur’an, Assunnah, dan berbagai kitab produk para ulama’ yang ditulis dalam bahasa Arab.[6] bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, tidak dapat diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang tersurat dan tersirat dari makna yang terkandung dalam Alqur’an. Karena Alqur’an diturunkan dalam bahasa arab yang mubin, maka kaedah-kaedah yang diperlukan dalam memahami Alqur’an bersendi atas kaedah-kaedah bahasa Arab, memahami asas-asasnya, merasakan uslub-uslubnya, dan mengetahui rahasia-rahasianya. Keunggulan bahasa Arab adalah kekayaannya, pengertian-pengertian niskala (abstrak) serta ketepatan makna (semantic precision) dan kemungkinan pembentukan kata turunan (derivation).[7]Menurut Utsman Amin karakteristik bahasa Arab sebagai keunggulan atas bahasa-bahasa lain di dunia dapat dilihat dari segi kaitan mentalistik subyek-predikat, kehadiran individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan kekuatan, selain aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna, kekayaan kosa kata, integrasi dua kata, dan analogi.[8]
Bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya, deskripsi, dan pemaparannya sangat mendetail dan dalam. Bahasa Arab dapat berfungsi untuk menambah (ketajaman) daya nalar.Bahasa Arab juga memiliki ilmu-ilmu yang berupa nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, badi, ‘arud, qawafi, qardlu al-sya’ar, khitabah, tarikh al-adab, dan matan al-lughah.[9]Bahasa Arab juga sering disebut mempunyai kepustakaan besar di semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan filsafat dan matematika Yunani sampai ke Barat melalui terjemahan dan tafsiran orang-orang Arab.[10]
Bahasa Arab, sebagaimana bahasa-bahasa lain di dunia, memiliki hakikat dan prinsip-prinsip dasar bahasa(the nature of Arabic language), yakni, bahasa adalah suatu sistem, bahasa adalah bunyi ujaran, bahasa adalah tersusun dari lambang-lambang albitrer, bahasa adalah bersifat unik dan khas, bahasa adalah dibangun dari kebiasaan-kebiasaan, bahasa adalah alat komunikasi, bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada, dan bahasa selalu berubah-ubah. Bahasa, termasuk bahasa Arab didefinisikan sebagai alat untuk mencapai berbagai tujuan dan menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan nyata. Bahasa dipandang sebagai alat yang efektif untuk menciptakan pribadi yang tangguh dan kompetitif. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa seharusnya bukan bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan tentang bahasa, tetapi mengajarkan kemampuan melaksanakan berbagai tindakan dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya, dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.[11]
B.     Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional
Bahasa-bahasa yang pernah menjadi bahasa Internasional dalam sejarah adalah bahasa Akadiyyah, Aramiyyah (Aramic), Yunani, Latin, dan bahasa Arab. Sampai masa sekarang ini, bahasa Arab masih merupakan bahasa yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan kedua bahasa Internasional modern, yakni bahasa Inggris dan Prancis. Yang jelas angka 0,1,2,3,4,5, dan seterusnya merupakan kontribusi Arab yang besar sekali sumbangannya terhadap usaha mempermudah hitungan dan penulisan angka atas angka Romawi yang kurang realistis. Itulah sebabnya dalam semua kamus bahasa Inggris, angka-angka tersebut dinamai “Arabic Numerals”. Ini membuktikan keinternasionalan bahasa Arab yang tidak dapat disangkal sama sekali.[12]
Dalam dunia diplomasi pada organisasi internasional di kalangan dunia Islam seperti Mu’tamar Alam Islami, Rabithah Alam Islami, dan lain-lain, semua kegiatan yang dilakukan tidak dapat lepas dari penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulis.
Pada tahun 1973 untuk pertama kalinya bahasa Arab dijadikan bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pidato-pidato, pembicaraan, dan perdebatan di forum PBB diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sejajar dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Pemakaian bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi di PBB menempatkan bahasa Arab sebagai salah satu alat komunikasi dalam hubungan diplomasi internasional.
Meningkatnya eksplorasi politik dunia Arab di panggung internasional dan meningkatnya kebutuhan umat manusia di dunia akan minyak bumi yang banyak dihasilkan di negara-negara Timur Tengah semakin memperkuat posisi negara-negara itu di dunia internasional. Banyak negara-negara barat yang mulai memperhitungkan kekuatannya, sehingga apapun yang terjadi, bahasa Arab menjadi salah satu instrumen yang dipandang perlu dipelajari.
Tersebarnya bahasa Arab di dunia Internasional semakin menampakkan ciri keinternasionalan bahasa Arab. Dalam hal ini Arsyad menjelaskan bahwa ciri ini terlihat sejak kebangkitan sastra Arab pasca lahirnya Islam yang mencakup beberapa bangsa yang berbeda-beda. Semuanya tercelup dalam satu kebudayaan yang beridentitas Arab, termasuk Pakistan, Afganistan, Melayu, Indonesia, Mauritania, Nigeria, Somalia, dan lain-lain.[13] Akibatnya, bahasa Arab merupakan di antara bahasa yang terluas interlokatornya. Bahasa Arab merupakan bahasa demokratis, tanpa membedakan antara pemegang kekuasaan serta kebesaran dan bawahan (layman). Bahasa Arab juga tidak mencampuradukkan kata ganti tunggal dengan jamak.
Ciri keinternasionalan selanjutnya dapat ditelusuri dari banyaknya lafal-lafal yang terpinjam dari bahasa lain dan banyaknya kata-kata Arab yang telah menjadi kosa kata bahasa internasional lainnya.[14] Atas dasar ini bahasa Arab telah berperan meningkatkan dinamika kehidupan diplomasi internasional di banyak sektor.[15]
C.    Peranan Bahasa Arab dalam Hubungan Internasional
Bahasa Arab sebagai bahasa yang dipakai oleh beberapa bangsa di dunia ini, sudah tentu mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi dan alat pemersatu. Bahasa Arab sebagai alat pemersatu, yang paling menonjol adalah persatuan nasionalisme Arab dan persatuan Agama.
1.      Bahasa Arab sebagai persatuan nasionalisme Arab
Bahasa Arab merupakan alat pemersatu antara bangsa Arab yang terdiri dari bermacam-macam bentuk negaranya, sehingga dapat menimbulkan rasa kesatuan, kebudayaan dan sejarah. Di samping itu bahasa Arab merupakan faktor pemersatu yang menentukan nasib bangsa Arab di masa depan. Oleh karena itu, memelihara bahasa Arab ini menjadi tugas nasional di negara-negara Arab seluruhnya, karena ia merupakan alat penghimpun bangsa-bangsa Arab satu sama lain.[16]
Kita lihat sekarang ini bangsa-bangsa Arab telah bersatu dalam suatu wadah yang dinamakan Liga Arab (Jamiatul Dual Al-Arabiyah), walaupun mereka terdiri dari berbagai macam bentuk negara dan berbeda-beda kepentingannya. Namun dengan satu bahasa yaitu bahasa Arab mereka bersatu menjadi kesatuan kuat yang cukup ampuh dalam menghadapi kelompok-kelompok bangsa lain. Padahal bangsa-bangsa Arab tersebut tidak satu agamanya, umpamanya Mesir terkenal sebagai bangsa Arab Islam, tetapi Libanon merupakan negara yang penduduknya tidak kecil jumlahnya yang beragama Kristen. Disinilah nampak jelas peranan bahasa Arab sebagai alat pemersatu nasionalisme Arab.[17] Bahasa Arab merupakan wadah yang dapat memelihara kebudayaan lama bangsa Arab yang masih memegang peranan sampai kini.
2.      Bahasa Arab sebagai alat pemersatu Agama
Bahasa Arab merupakan alat pemersatu keluarga besar Agama Islam. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Islam datang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tidak pernah lepas dari Agama Islam, dimanapun berada dan tumbuh. Keduanya merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, untuk satu tujuan yaitu meninggikan kalimat Tuhan dan menyatukan umat manusia.
Bahasa Arab merupakan bahasa persatuan agama, bahasa persatuan kaum Muslimin, yang mempersatukan jiwa mereka, walaupun berbeda-beda kebangsaan dari tanah air mereka, serta berlainan bahasa asli mereka. Karena itu dimana agama Islam berkembang, maka disitulah bahasa Arab berkembang pula.[18] Dan melalui bahasa Arab, kita sebagai umat Islam merupakan satu keluarga besar.
                                                                        

BAB III
PENUTUP
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Bahasa Arab merupakan bahasa Internasional yang salah satu ciri keinternasionalannya telah berperan meningkatkan dinamika kehidupan diplomasi internasional di banyak sektor. Karena bahasa Arab merupakan bahasa Internasional maka posisi pendidikan bahasa Arab dalam tinjauan ilmu pengetahuan ialah bahwa bahasa Arab perlu dipelajaridan dikuasai untuk semua orang. Di samping untuk memperdalam ilmu agama, bahasa Arab juga dapat digunakan sebagai alat utama dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan negara-negara lain dan lingkungan sekitar. Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset
Mufid, Fathul. 2010. Meteri dan Pembelajaran Bahasa Arab. Kudus : Nora Media Enterprice
Mujib, Fathul. 2010. Rekonstruksi Pemdidikan Bahasa Arab. Yogyakarta : BipA
Mutholib, Abdul. 2009. Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab. Kudus : STAIN
Thoifuri. 2010. Perencanaan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Kudus : Nora Media Enterprice
Umam, Chatibul, dkk. 1974. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama / I.A.I.N. Jakarta


[1] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2004), cet. 2, hlm.1
[2]Ibid, hlm. 2
[3]Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab, (Yogyakarta : Bintang Pustaka Abadi, 2010), cet. 1, hlm. 2
[4]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2011), cet. 1, hlm. 1
[5]Azhar Arsyad, op. cit, hlm. 8
[6] Fathul Mufid, Materi dan Pembelajaran Bahasa Arab, (Kudus : Nora Media Enterprise, 2010), cet. 1,hlm. 1
[7]Azhar Arsyad, loc. cit.
[8] Acep Hermawan, op. cit, hlm. 58
[9] Thoifuri, Perencanaan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,(Kudus : Nora Media Enterprise, 2010), cet. 1, hlm. 25
[10] Azhar Arsyad, op. cit. Hlm. 10
[11]Abdul Mutholib, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Teori dan Praktik), (Kudus : STAIN, 2009), hlm. 39
[12]Ibid, hlm. 11
[13]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset,2011), cet. 1, hlm. 87

[14] Azhar Arsyad, op. cit, hlm. 15
[15] Acep Hermawan, op. cit, hlm. 88
[16] Chatibul Umam, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama / I.A.I.N,(Jakarta, 1974), hlm, 81
[17]Ibid, hlm. 82
[18]Ibid, hlm. 83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar