BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu
bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia.
Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Dan karena ia
merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat islam sedunia, maka tentu
saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta
muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan. Seorang profesor
linguistik, Hilary Wise (1987), dari University of London mengungkapkan, “As
the language of the Koran the holy book of Islam, it is taught as a second
language in Muslim states throughout the world”. Akhir-akhir ini bahasa
Arab merupakan bahasa yang peminatnya cukup besar di Barat. Di Amerika
misalnya, hampir tidak ada suatu perguruan tinggi yang tidak menjadikan bahasa
Arab sebagai salah satu mata kuliah, termasuk perguruan tinggi Katholik atau
Kristen. Sebagai contoh, Harvand University, sebuah perguruan tinggi
swasta paling terpandang di dunia yang didirikan para ‘alim ulama’ protestan,
dan Georgetown University, sebuah universitas swasta Katholik, keduanya
mempunyai pusat studi Arab yang kurang lebih merupakan Center for
Contemporary Arab Studies.[1]
Secara historis, terdapat pandangan di
kalangan orang banyak, baik yang Muslim maupun yang bukan, tentang adanya
semacam kesejajaran antara keislaman dan kearaban. Tetapi dalam telaah lebih
lanjut, pandangan itu tampak didasarkan lebih banyak kepada kesan daripada
kenyataan. Sebab kenyataannya ialah bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa khusus
orang-orang Muslim dan agama Islam, melainkan juga bahasa kaum non-Muslim dan agama
bukan Islam seperti Yahudi dan Kristen. Minoritas-minoritas Arab bukan Muslim
sampai sekarang masih tetap bertahan di seluruh dunia Arab, termasuk Jazirah
Arabia, kecuali kawasan yang kini membentuk kerajaan Arab Saudi, lebih khusus
lagi provinsi Hijaz (Makkah-Madinah). Bahkan orang-orang Arab Kristen Libanon
adalah keturunan langsung banu Ghassan yang sudah ter-Kristen-kan lama sejak sebelum
Rasulullah SAW, yaitu sejakmereka menjadi satelit Kerajaan Romawi yang telah
memeluk agama Kristen sejak raja Konstantin.
Di Afrika, bahasa Arab dituturkan dan
menjadi bahasa pertama di negara-negara semacam Mauritania, Maroko, Aljazair,
Libya, Mesir, dan Sudan. Di semenanjung Arabia, bahasa ini merupakan bahasa
resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Saudi, Qatar, Emirat Arab, dan jauh ke
utara, Jordan, Irak, Syria, Libanon, dan Palestina. Menurut Wise, bahasa Arab
juga merupakan bahasa orang-orang India Utara, sebagian orang Turki, Iran,
Portugal, dan Spanyol.[2] Bahasa merupakan suatu sistem
simbol yang memiliki makna, dan makna adalah arti yang mengacu pada suatu fakta
dan realita.[3]
Termasuk bahasa Arab.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan
masalah antara lain :
1.
Apa
keunggulan dari bahasa Arab ?
2.
Bagaimana
bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa Internasional ?
3.
Bagaimana
peranan bahasa Arab dalam hubungan internasional ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Keunggulan
Bahasa Arab
Walaupun
dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak asing di
telinga mereka, terutama umat Islam. Namun sebagian besar dari mereka masih
beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah bahasa agama, sehingga perkembangannya
terbatas di lingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu agama. Hanya
lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa
multidimensi yang digunakan para cendekiawan dalam memproduksi karya-karya
besar di berbagai bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika,
fisika, sastra, dan lain-lain. Jika umat Islam dan umat lainnya mau melihat
sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad pertengahan memuncak, tentu
akan mengetahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang pertama kali menjaga dan
mengembangkan sains dan teknologi. Karena itu tidaklah berlebihan jika
dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan peletak dasar pertumbuhan ilmu
pengetahuan modern yang berkembang cepat.[4]
Sejak bahasa Arab yang tertuang di
dalam Alqur’an didengungkan hingga kini, semua pengamat baik barat maupun orang
muslim Arab menganggapnya sebagai bahasa yang memiliki standar ketinggian dan
keelokan linguistik yang tertinggi, yang tiada taranya (the supreme standard
of linguistic excellence and beauty). Hal ini tentu berdampak pada
munculnya superioritas sastra dan filsafat, bahkan pada sains seperti ilmu matematika,
kedokteran, ilmu bumi, dan tata bahasa Arab sendiri pada masa kejayaan Islam
setelahnya. Abdurrahman Badawi menulis sebuah buku yang bila diterjemahkan
berjudul “Peranan Arab di dalam Pembentukan Pemikiran Eropa”, atau “Daur
al-‘Arab fi Takwin al-Fikr al-Uruby”. Julie Peteet menulis artikel pada
penerbitan Center for Contemporary Arab Studies, tentang kontribusi
peradaban Arab terhadap Matematika dan Sains (termasuk kedokteran, kimia,
fisika, astronomi, dan sebagainya). “The Contributions of Arab Civilization
to Mathematics and Sciences” dan lain-lain pengakuan yang diberikan oleh
para orientalis.
Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh
bahasa Arab di antara bahasa-bahasa lain di dunia karena ia berfungsi sebagai
bahasa Alqur’an dan hadits serta kitab-kitab lainnya. Beradasarkan itulah orang
yang hendak memahami hukum-hukum (ajaran) agama Islam dengan baik haruslah
berusaha mempelajari bahasa Arab.[5] Jadi, bahasa Arab
merupakan alat utama untuk memahami Alqur’an, Assunnah, dan berbagai kitab
produk para ulama’ yang ditulis dalam bahasa Arab.[6] bahasa lain, termasuk
bahasa Indonesia, tidak dapat diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang
tersurat dan tersirat dari makna yang terkandung dalam Alqur’an. Karena
Alqur’an diturunkan dalam bahasa arab yang mubin, maka kaedah-kaedah yang
diperlukan dalam memahami Alqur’an bersendi atas kaedah-kaedah bahasa Arab,
memahami asas-asasnya, merasakan uslub-uslubnya, dan mengetahui
rahasia-rahasianya. Keunggulan bahasa Arab adalah kekayaannya,
pengertian-pengertian niskala (abstrak) serta ketepatan makna (semantic
precision) dan kemungkinan pembentukan kata turunan (derivation).[7]Menurut Utsman Amin
karakteristik bahasa Arab sebagai keunggulan atas bahasa-bahasa lain di dunia
dapat dilihat dari segi kaitan mentalistik subyek-predikat, kehadiran individu,
retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan kekuatan, selain aspek
itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna, kekayaan kosa kata,
integrasi dua kata, dan analogi.[8]
Bahasa Arab merupakan bahasa yang
terluas dan terkaya kandungannya, deskripsi, dan pemaparannya sangat mendetail
dan dalam. Bahasa Arab dapat berfungsi untuk menambah (ketajaman) daya nalar.Bahasa
Arab juga memiliki ilmu-ilmu yang berupa nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, badi,
‘arud, qawafi, qardlu al-sya’ar, khitabah, tarikh al-adab, dan matan al-lughah.[9]Bahasa Arab juga sering
disebut mempunyai kepustakaan besar di semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan filsafat dan matematika Yunani sampai ke Barat melalui terjemahan
dan tafsiran orang-orang Arab.[10]
Bahasa Arab, sebagaimana bahasa-bahasa
lain di dunia, memiliki hakikat dan prinsip-prinsip dasar bahasa(the nature
of Arabic language), yakni, bahasa adalah suatu sistem, bahasa adalah bunyi
ujaran, bahasa adalah tersusun dari lambang-lambang albitrer, bahasa adalah
bersifat unik dan khas, bahasa adalah dibangun dari kebiasaan-kebiasaan, bahasa
adalah alat komunikasi, bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada,
dan bahasa selalu berubah-ubah. Bahasa, termasuk bahasa Arab didefinisikan
sebagai alat untuk mencapai berbagai tujuan dan menyelesaikan berbagai masalah
dalam kehidupan nyata. Bahasa dipandang sebagai alat yang efektif untuk
menciptakan pribadi yang tangguh dan kompetitif. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa seharusnya bukan bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan tentang bahasa,
tetapi mengajarkan kemampuan melaksanakan berbagai tindakan dengan menggunakan
bahasa sebagai alat utamanya, dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar.[11]
B.
Bahasa
Arab sebagai Bahasa Internasional
Bahasa-bahasa yang pernah menjadi
bahasa Internasional dalam sejarah adalah bahasa Akadiyyah, Aramiyyah (Aramic),
Yunani, Latin, dan bahasa Arab. Sampai masa sekarang ini, bahasa Arab masih
merupakan bahasa yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan kedua
bahasa Internasional modern, yakni bahasa Inggris dan Prancis. Yang jelas angka
0,1,2,3,4,5, dan seterusnya merupakan kontribusi Arab yang besar sekali
sumbangannya terhadap usaha mempermudah hitungan dan penulisan angka atas angka
Romawi yang kurang realistis. Itulah sebabnya dalam semua kamus bahasa Inggris,
angka-angka tersebut dinamai “Arabic Numerals”. Ini membuktikan
keinternasionalan bahasa Arab yang tidak dapat disangkal sama sekali.[12]
Dalam dunia diplomasi pada organisasi
internasional di kalangan dunia Islam seperti Mu’tamar Alam Islami, Rabithah
Alam Islami, dan lain-lain, semua kegiatan yang dilakukan tidak dapat lepas
dari penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun
tulis.
Pada tahun 1973 untuk pertama kalinya
bahasa Arab dijadikan bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Pidato-pidato, pembicaraan, dan perdebatan di forum PBB diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab sejajar dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Pemakaian bahasa
Arab sebagai salah satu bahasa resmi di PBB menempatkan bahasa Arab sebagai
salah satu alat komunikasi dalam hubungan diplomasi internasional.
Meningkatnya eksplorasi politik dunia
Arab di panggung internasional dan meningkatnya kebutuhan umat manusia di dunia
akan minyak bumi yang banyak dihasilkan di negara-negara Timur Tengah semakin
memperkuat posisi negara-negara itu di dunia internasional. Banyak
negara-negara barat yang mulai memperhitungkan kekuatannya, sehingga apapun
yang terjadi, bahasa Arab menjadi salah satu instrumen yang dipandang perlu
dipelajari.
Tersebarnya bahasa Arab di dunia
Internasional semakin menampakkan ciri keinternasionalan bahasa Arab. Dalam hal
ini Arsyad menjelaskan bahwa ciri ini terlihat sejak kebangkitan sastra Arab
pasca lahirnya Islam yang mencakup beberapa bangsa yang berbeda-beda. Semuanya
tercelup dalam satu kebudayaan yang beridentitas Arab, termasuk Pakistan,
Afganistan, Melayu, Indonesia, Mauritania, Nigeria, Somalia, dan lain-lain.[13] Akibatnya, bahasa Arab
merupakan di antara bahasa yang terluas interlokatornya. Bahasa Arab merupakan
bahasa demokratis, tanpa membedakan antara pemegang kekuasaan serta kebesaran
dan bawahan (layman). Bahasa Arab juga tidak mencampuradukkan kata ganti
tunggal dengan jamak.
Ciri keinternasionalan selanjutnya
dapat ditelusuri dari banyaknya lafal-lafal yang terpinjam dari bahasa lain dan
banyaknya kata-kata Arab yang telah menjadi kosa kata bahasa internasional
lainnya.[14]
Atas dasar ini bahasa Arab telah berperan meningkatkan dinamika kehidupan
diplomasi internasional di banyak sektor.[15]
C.
Peranan
Bahasa Arab dalam Hubungan Internasional
Bahasa Arab sebagai bahasa yang
dipakai oleh beberapa bangsa di dunia ini, sudah tentu mempunyai fungsi sebagai
alat komunikasi dan alat pemersatu. Bahasa Arab sebagai alat pemersatu, yang
paling menonjol adalah persatuan nasionalisme Arab dan persatuan Agama.
1.
Bahasa
Arab sebagai persatuan nasionalisme Arab
Bahasa Arab merupakan alat pemersatu
antara bangsa Arab yang terdiri dari bermacam-macam bentuk negaranya, sehingga
dapat menimbulkan rasa kesatuan, kebudayaan dan sejarah. Di samping itu bahasa
Arab merupakan faktor pemersatu yang menentukan nasib bangsa Arab di masa
depan. Oleh karena itu, memelihara bahasa Arab ini menjadi tugas nasional di
negara-negara Arab seluruhnya, karena ia merupakan alat penghimpun
bangsa-bangsa Arab satu sama lain.[16]
Kita lihat sekarang ini bangsa-bangsa
Arab telah bersatu dalam suatu wadah yang dinamakan Liga Arab (Jamiatul
Dual Al-Arabiyah), walaupun mereka terdiri dari berbagai macam bentuk negara
dan berbeda-beda kepentingannya. Namun dengan satu bahasa yaitu bahasa Arab
mereka bersatu menjadi kesatuan kuat yang cukup ampuh dalam menghadapi
kelompok-kelompok bangsa lain. Padahal bangsa-bangsa Arab tersebut tidak satu
agamanya, umpamanya Mesir terkenal sebagai bangsa Arab Islam, tetapi Libanon
merupakan negara yang penduduknya tidak kecil jumlahnya yang beragama Kristen.
Disinilah nampak jelas peranan bahasa Arab sebagai alat pemersatu nasionalisme
Arab.[17] Bahasa Arab merupakan
wadah yang dapat memelihara kebudayaan lama bangsa Arab yang masih memegang
peranan sampai kini.
2.
Bahasa
Arab sebagai alat pemersatu Agama
Bahasa Arab merupakan alat pemersatu
keluarga besar Agama Islam. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Islam
datang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tidak
pernah lepas dari Agama Islam, dimanapun berada dan tumbuh. Keduanya merupakan
satu hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, untuk satu tujuan yaitu
meninggikan kalimat Tuhan dan menyatukan umat manusia.
Bahasa Arab merupakan bahasa persatuan
agama, bahasa persatuan kaum Muslimin, yang mempersatukan jiwa mereka, walaupun
berbeda-beda kebangsaan dari tanah air mereka, serta berlainan bahasa asli
mereka. Karena itu dimana agama Islam berkembang, maka disitulah bahasa Arab
berkembang pula.[18]
Dan melalui bahasa Arab, kita sebagai umat Islam merupakan satu keluarga besar.
BAB III
PENUTUP
Dari pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa umat manusia, baik Muslim maupun
non-Muslim. Bahasa Arab merupakan bahasa Internasional yang salah satu ciri
keinternasionalannya telah berperan meningkatkan dinamika kehidupan diplomasi
internasional di banyak sektor. Karena bahasa Arab merupakan bahasa
Internasional maka posisi pendidikan bahasa Arab dalam tinjauan ilmu pengetahuan
ialah bahwa bahasa Arab perlu dipelajaridan dikuasai untuk semua orang. Di
samping untuk memperdalam ilmu agama, bahasa Arab juga dapat digunakan sebagai
alat utama dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan negara-negara lain
dan lingkungan sekitar. Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat
berguna sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Hermawan,
Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset
Mufid,
Fathul. 2010. Meteri dan Pembelajaran Bahasa Arab. Kudus : Nora Media
Enterprice
Mujib,
Fathul. 2010. Rekonstruksi Pemdidikan Bahasa Arab. Yogyakarta : BipA
Thoifuri.
2010. Perencanaan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Kudus : Nora Media
Enterprice
Umam,
Chatibul, dkk. 1974. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi
Agama / I.A.I.N. Jakarta
[1] Azhar Arsyad, Bahasa
Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2004), cet. 2,
hlm.1
[3]Fathul Mujib, Rekonstruksi
Pendidikan Bahasa Arab, (Yogyakarta : Bintang Pustaka Abadi, 2010), cet. 1,
hlm. 2
[4]Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2011), cet.
1, hlm. 1
[5]Azhar Arsyad, op. cit,
hlm. 8
[6] Fathul Mufid, Materi dan
Pembelajaran Bahasa Arab, (Kudus : Nora Media Enterprise, 2010), cet. 1,hlm.
1
[7]Azhar Arsyad, loc. cit.
[8] Acep Hermawan, op. cit,
hlm. 58
[9] Thoifuri, Perencanaan
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,(Kudus : Nora Media Enterprise, 2010),
cet. 1, hlm. 25
[10] Azhar Arsyad, op. cit. Hlm.
10
[11]Abdul Mutholib, Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab (Teori dan Praktik), (Kudus : STAIN, 2009), hlm. 39
[13]Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset,2011), cet.
1, hlm. 87
[14] Azhar Arsyad, op. cit, hlm.
15
[15] Acep Hermawan, op. cit, hlm.
88
[16] Chatibul Umam, dkk, Pedoman Pengajaran
Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama / I.A.I.N,(Jakarta, 1974), hlm, 81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar